KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen di tahun ini diproyeksikan masih bagus di tengah beratnya tantangan industri ini, terutama kondisi
oversupply. Corporate Secretary INTP Dani Handajani mengatakan, saat ini masih terjadi kondisi
oversupply di industri semen. Rata-rata utilisasi para pabrikan semen Indonesia berada di angka 55%–60%. “Sebagai bagian dari usaha untuk mengatasi
over supply sebesar 55 juta ton di pasar domestik tersebut, kami sudah mendapatkan kontrak ekspor klinker ke Australia dan Malaysia dari pabrik di Maros dan Tarjun,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (31/5).
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (
SMCB) juga merasakan yang sama. Direktur SMCB Soni Asrul Sani mengatakan, kondisi
oversupply itu menyebabkan penjualan Perseroan di kuartal I 2024 di bawah target. Untuk menyiasati hal itu, SMCB pun melakukan efisiensi biaya produksi dan distribusi, serta utilisasi pabrik agar margin laba tetap bisa dipertahankan. Selain itu, SMCB juga melakukan ekspor klinker untuk mempertahankan penjualan. “Ekspor klinker SMCB tercatat naik 20% pada kuartal I 2024,” ujarnya dalam paparan publik RUPST SMCB, Jumat (31/5).
Baca Juga: Di Tengah Koreksi IHSG Sejumlah Saham LQ45 Menunjukkan Sinyal Rebound, Ini Daftarnya Sebagai gambaran, penjualan semen INTP mencatatkan penjualan semen sebesar 5,1 juta ton dengan pangsa pasar 29,7% per April 2024. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) melaporkan penurunan penjualan semen domestik 3,8% secara tahunan alias
year on year (YoY) ke 1,4 juta ton pada bulan April 2024, sehingga mengakibatkan penurunan pangsa pasar 2,6 poin menjadi 47,2%. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan, salah satu sentimen yang berpengaruh pada kinerja emiten semen di kuartal I 2024 adalah adanya pelemahan permintaan semen domestik akibat masih tingginya tingkat curah hujan di berbagai wilayah Indonesia. “Pos distribusi mereka juga ikut terganggu ketika harga energi dan komoditas naik akibat adanya konflik geopolitik global. Apalagi, masih terjadi
oversupply yang membuat persaingan harga menjadi ketat,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (31/5). Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo Saragih mengatakan, konsumsi semen domestik mencapai 3,03 juta ton pada bulan April 2024. Angka ini 1,5% secara tahunan alias
year on year (YoY), tetapi turun 37,3% secara kuartalan. Pertumbuhan tahunan didorong oleh pasar semen karung sebesar 2,2 juta ton, naik 5,2% YoY. Sementara, pasar semen curah melemah 7% YoY menjadi 0,83 juta ton, karena sebagian besar pekerja konstruksi meninggalkan kota-kota besar untuk merayakan Idul Fitri di kampung halamannya. “Sebagai perbandingan, konsumsi semen stagnan di angka 7,86 juta ton. Kontribusi volume semen karung menyusut 2,3% menjadi 70,2% dan volume curah bertambah 6%,” tuturnya dalam riset tertanggal 30 Mei 2024.
Baca Juga: Indocement (INTP) Mencatat Penjualan Semen 5,1 Juta Ton Hingga April 2024 Dampak Tapera ke Kinerja Emiten Semen
Khaer melihat, program iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) secara tidak langsung akan membawa sentimen positif bagi emiten semen. “Sebab, jika program ini sudah mulai berjalan, nantinya akan berdampak pada industri properti dan akan meningkatkan permintaan semen” ungkapnya. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora, program pemerintah yang bisa terukur jelas dampak positifnya terhadap emiten semen adalah pembangunan IKN. “Untuk Tapera, kalau program ini berjalan dengan baik, baru akan menjadi sentimen positif untuk emiten semen dalam jangka panjang,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (31/5). Hal ini pun senada dengan yang dirasakan oleh emiten semen. INTP merasa masih harus melihat seperti apa kebijakan Tapera ke kinerja mereka. “Berkaitan dengan Tapera, kami akan melihat bagaimana perkembangan dan pelaksanaannya ke depan,” ujar Dani.
Baca Juga: Simak Proyek yang Dikerjakan Solusi Bangun (SMCB) di Tahun 2024 Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham
Khaer melihat, potensi penjualan semen masih cukup menarik di tahun 2024 ini, karena permintaan semen domestik diperkirakan masih akan meningkat sebesar 65,6 juta ton pada tahun 2024. Peningkat permintaan semen ini salah satunya akan didorong oleh permintaan dari proyek IKN Nusantara, khususnya semen curah untuk keperluan pembangunan skala besar. Kinerja emiten semen juga akan didukung oleh peningkatan anggaran pemerintah pada bidang infrastruktur, kembalinya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia ke era sebelum pandemi, serta angka inflasi yang terkontrol. “Angka inflasi yang terkontrol ini diharapkan bisa menurunkan tingkat suku bunga dalam jangka pendek, sehingga, bisa memberikan sentimen yang cukup positif bagi emiten semen,” tuturnya. Khaer pun merekomendasikan
hold untuk SMGR dengan target harga Rp 4.180 per saham. Andhika melihat, prospek emiten semen masih akan berat di tahun ini karena masih
oversupply dan masih tingginya harga batubara.
Baca Juga: Investasi Baru Datang, Industri Semen Justru Tertekan “Emiten semen batubara akan membaik apabila harga batubara bisa bergerak di bawah harga US$ 100 per ton,” ungkap dia. Untuk saat ini pergerakan saham emiten semen yang memiliki
market cap besar, seperti SMGR dan INTP masih ada pada fase
downtrend.
“Sebaiknya para pelaku pasar
wait and see terlebih dahulu untuk saham emiten semen sampai terjadinya
reversal,” papar Andhika. Menurut Andreas, sentimen negatif yang mempengaruhi kinerja semen ke depannya adalah kemungkinan penurunan permintaan secara tiba-tiba dan strategi penetapan harga yang tidak menguntungkan. Andreas mempertahankan peringkat
overweight untuk sektor semen. Rekomendasi beli diberikan untuk INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 9.150 per saham dan Rp 6.425 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati