KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi pemecahan nilai nominal saham alias
stock split bakal marak. Sejumlah emiten akan melakukan
stock split. Setidaknya sudah ada delapan emiten yang mengumumkan penyelenggaraan
stock split pada tahun ini. Sebagian emiten masih menunggu persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Emiten yang belum lama ini mengumumkan rencana
stock split adalah PT Indospring Tbk (
INDS). Perusahaan yang bergerak di bidang industri suku cadang kendaraan ini akan melakukan pemecahan saham dengan rasio 1:10. INDS akan menggelar RUPS pada 12 Juni 2024.
Sebelumnya, ada PT Panca Budi Idaman Tbk (
PBID) yang lebih dulu membuka rencana
stock split. Emiten yang bergelut di bisnis barang plastik kemasan ini akan memecah saham dengan rasio 1:4. PBID segera menggelar RUPS pada Senin, 13 Mei 2024. Emiten lain yang menggelar
stock split adalah PT Pudjiadi Prestige Tbk (
PUDP) dengan rasio pemecahan saham 1:2, PT Jembo Cable Company Tbk (
JECC) dengan rasio 1:5, PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (
BPII) dengan rasio 1:20, PT Asuransi Ramayana Tbk (
ASRM) dengan rasio 1:4. Kemudian ada PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (
SCCO) dengan rasio 1:4, dan PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (
TBMS) dengan rasio pemecahan saham 1:2. Aksi korporasi ini merupakan upaya emiten dalam mendongkrak likuiditas saham.
Baca Juga: Indospring (INDS) Akan Stock Split Dengan Rasio Pemecahan Saham 1:10 Sebagaimana manajemen PBID yang mengungkapkan dua tujuan utama aksi
stock split dalam keterbukaan informasinya. Pertama, meningkatkan likuiditas saham dengan memperluas basis investor. Kedua, dengan harga saham yang lebih terjangkau bagi investor ritel, diharapkan akan meningkatkan jumlah investor yang dapat melakukan transaksi. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni mengamati
stock split memberikan sinyal bahwa emiten masih optimistis terhadap prospek kinerja bisnisnya. Di sisi lain, aksi ini memberikan kesempatan kepada investor khususnya ritel untuk bisa membeli saham dengan harga lebih terjangkau di pasar. "Walaupun terbatas, secara umum aksi
stock split biasanya berdampak positif kepada harga saham di pasar reguler," kata Agung saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/5). Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengamini
stock split juga menjadi aksi korporasi yang menunjukkan keyakinan manajemen terhadap prospek emiten. Hanya saja, Agus mengingatkan bahwa
stock split tidak memberikan dampak terhadap fundamental emiten tersebut.
Baca Juga: Sekar Laut (SKLT) Akan Bagikan Dividen Rp 31,11 Miliar, Intip Jadwalnya Dus, Agus menyarankan agar tetap selektif, karena bisa saja ada emiten yang menggelar
stock split hanya agar nilai nomimal atau harga per lembar sahamnya turun sehingga lebih likuid. "Walaupun soal likuiditas ini tidak selalu terwujud," ungkap Agus. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menambahkan, seberapa signifikan
stock split menambah likuiditas saham akan tetap tergantung dari daya tarik emiten tersebut. Jika kurang menarik secara fundamental, prospek bisnis maupun momentum teknikal sahamnya, maka aksi ini tidak memberi dorongan berarti. Apalagi stock split juga cenderung tidak mengubah drastis momentum atau tren pergerakan saham. "
Stock split belum tentu memberi efek, kalau dari sahamnya sendiri nggak ada daya tarik. (Dampak) positif atau negatif, tergantung tren sebelum
stock split. Kalau tren naik, setelah
split tetap naik, berlaku sebaliknya," terang William. William pun mengingatkan momentum teknikal tetap menjadi faktor penting yang mesti dicermati. Sehingga strategi yang bisa dilakukan adalah
trading buy pada saham dalam tren naik dan
wait and see apabila sedang turun.
Baca Juga: Perketat Aturan, Kini BEI Punya Kuasa Batalkan Rencana Stock Split Emiten Saham yang layak
buy antara lain ada PBID, sedangkan
wait and see bisa dilakukan pada saham INDS dan JECC. Sementara Agung melirik saham INDS, SCCO, dan BPII. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan
buy on weakness INDS dengan mencermati
support di Rp 2.180,
resistance Rp 2.450 untuk target harga Rp 2.600 - Rp 2.700. Kemudian
sell on strength PBID dengan mencermati
support Rp 1.630 dan
resistance di Rp 1.700. Rekomendasi lainnya, Herditya menyematkan
speculative buy terhadap saham ASRM dan BPII,
trading buy untuk saham JECC, serta
wait and see terhadap saham SCCO dan PUDP. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat