KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) diprediksi tetap bertumbuh meski dalam tingkat yang moderat di tahun 2024. Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya mengatakan, segmen target pasar UNVR yang tergolong premium akan menjadi faktor yang menopang penjualannya. UNVR menggarap segmen menengah atas yang mempunyai daya beli yang lebih kuat. Hal ini berbeda dengan perusahaan lain yang mendapat tantangan dari melemahnya konsumsi masyarakat menengah ke bawah.
Langkah UNVR untuk merombak manajemen dan melakukan pergeseran model operasional menjadi organisasi yang dikelola secara unit bisnis mulai Januari 2024 juga menjadi faktor pendukung lainnya. Kelima unit bisnis tersebut adalah Beauty and Wellbeing, Personal Care, Home Care, Nutrition, dan Ice Cream. Cheril meyakini pembagian unit bisnis ini akan membuat UNVR lebih terfokus dan efisien.
Baca Juga: UNVR Fokus Inovasi Produk dan Good Corporate Governance Pasca-Pergantian Direksi Selain itu, belakangan ini, Unilever ramai dikabarkan menjadi salah satu
brand yang mendukung Israel dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam serangan terhadap Palestina selama ini. Hal itu mendorong adanya aksi boikot terhadap produk-produk UNVR hingga sempat membuat sahamnya terkoreksi. Namun, Cheril menilai, aksi boikot tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis perusahaan. "UNVR punya banyak produk yang secara tidak sadar digunakan masyarakat dan harganya juga bersaing, sebab manajemen tidak menaikkan harga di tahun baru," tutur Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/1). Di sisi lain, momentum Pemilihan Umum (Pemilu) dinilai berefek minim terhadap kinerja UNVR yang tergolong dalam bisnis
fast moving consumer goods. Pasalnya, margin keuntungan UNVR didominasi oleh unit Home Care dan Personal Care, sedangkan aktivitas kampanye biasanya membagi-bagikan sembako atau bahan pangan. Secara umum, Cheril melihat tantangan masih ada untuk UNVR sehingga pertumbuhan
top line dan
bottom line-nya cenderung konservatif di tahun 2024, yakni di 3%-5%. Selama sembilan bulan pertama 2023, pendapatan UNVR tercatat turun 3,28% year on year (yoy) menjadi Rp 30,50 triliun dan laba bersihnya terkoreksi 9,16% yoy menjadi Rp 4,18 triliun.
Dalam riset tanggal 7 Desember 2023, analis Bahana Sekuritas Christine Natasya dan Satria Sambijantoro mengatakan, penunjukan Benjie Yap selaku presiden direktur UNVR diyakini akan membawa efek positif bagi UNVR. Benjie sebelumnya adalah Chairman Unilever Philippines, Inc. yang memiliki latar belakang di departemen R&D serta pernah menjadi Marketing Director of Home Care dan Managing Director of Foods. Benjie memiliki rekam jejak dalam mempertahankan dominasi pangsa pasar di Filipina dan memperkenalkan deterjen Surf's Sunfresh. Benjie juga menunjukkan pandangan ke depan dengan memanfaatkan tren yang sedang berkembang, yakni transisi dari deterjen batangan ke bubuk. Meski Benjie memiliki reputasi yang sangat baik di Filipina, Bahana Sekuritas melihat dia akan menghadapi kenyataan di Indonesia. "Di sini, perusahaan consumer goods menghadapi persaingan yang ketat, down-trading secara struktural, dan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok," ucap kedua analis tersebut. Besarnya pasar di Indonesia mungkin juga akan menimbulkan tantangan, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Filipina. UNVR misalnya, telah memotong beberapa rata-rata harga jual produk untuk merebut pangsa pasar dan bersaing dalam kompetisi yang ketat.
Baca Juga: UNVR Fokus Inovasi Produk dan Good Corporate Governance Pasca-Pergantian Direksi Berdasarkan riset tanggal 12 Desember 2023, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rut Yesika Simak menambahkan, UNVR akan terus menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah
downtrading, khususnya pada segmen produk premium di tengah UMP (Upah Minimum) yang lebih rendah dari perkiraan. Konsumen Indonesia sensitif terhadap harga sehingga dengan mudah beralih dari satu produk ke produk lainnya. Selain itu, Rut melihat potensi pertumbuhan yang terbatas dalam penjualan dan laba bersih, mengingat keberadaan perusahaan yang sudah lama ada dan cakupan pasar yang hampir lengkap di Indonesia. Persaingan yang ketat juga memberikan tantangan yang signifikan bagi UNVR dalam mendorong pertumbuhan dan mendapatkan kembali pangsa pasar. Stagnasi pendapatan dan penurunan
earning per share (EPS) sebesar 41% pada tahun 2018-2022 masih menjadi permasalahan utama bagi perusahaan. "Tantangan-tantangan ini bukan hanya mengenai perolehan kembali pangsa pasar namun juga peningkatan profitabilitas di masa depan," ungkap Rut.
Ketiga sekuritas ini merekomendasikan
hold UNVR dengan target harga yang berbeda-beda. InvestasiKu menetapkan target harga Rp 3.600, Bahana Sekuritas Rp 4.100, dan Mirae Asset Sekuritas Rp 3.800 per saham. Pada perdagangan Senin (15/1), harga UNVR turun 1,15% menjadi Rp 3.430 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari