KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas terus naik signifikan seiring inflasi yang terkendali. Ke depan, emas masih paling diandalkan saat menghadapi ketidakpastian seperti ancaman resesi. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati bahwa kenaikan harga menunjukkan pergerakan yang kuat untuk emas ke depannya. Emas diperkirakan akan berkinerja baik di tahun 2023. Emas akan berkilau dengan adanya bayangan resesi di negara maju, inflasi yang lebih tinggi, jatuhnya nilai dolar Amerika Serikat (AS), serta situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS turun 0,1% menjadi 6,5% secara tahunan di bulan Desember 2022. Pada bulan November, Indeks CPI AS berada di level 7,1% secara tahunan.
Baca Juga: Pendapatan Bank Besar di AS Berpotensi Tertekan Saat Bunga The Fed Naik Menurut Sutopo, hal tersebut mengindikasikan bahwa strategi The Fed menjinakkan inflasi telah berhasil. Dengan demikian, bank sentral AS nampaknya akan mengambil kebijakan yang lebih lunak dalam pendekatan kenaikan suku bunga. "Perlambatan inflasi berarti kenaikan suku bunga yang kurang agresif oleh The Fed," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Minggu (15/1). Sutopo menambahkan, sesuai CME FedWatch, probabilitas kenaikan suku bunga di Februari hanya sebesar 25 basis poin (Bps) telah naik menjadi 92,7%. Ini artinya suku bunga tetap naik tapi bakal dalam tingkat yang rendah. Pada akhirnya, situasi melandainya suku bunga bank sentral AS bakal mendukung harga emas. Pelemahan dolar AS, ketakutan akan resesi dan ketidakpastian geopolitik dapat meningkatkan permintaan emas. Mengingat posisi emas sebagai aset
safe haven atau aset lindung nilai aat ketidakpastian menyelimuti.
Baca Juga: Pembiayaan Emas Bank Syariah Tumbuh Signifikan di Tahun 2022 Sutopo menilai perekonomian global kemungkinan akan melalui masa-masa sulit karena menghadapi dampak dari invasi Rusia ke Ukraina, krisis biaya hidup dan perlambatan ekonomi dunia. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China kemungkinan akan meningkat tahun ini dan akan memicu permintaan logam kuning. Menyusul kenaikan tajam dalam permintaan bank sentral untuk emas pada kuartal ketiga tahun 2022, prospek permintaan sektor resmi untuk logam kuning juga dapat bertahan pada tahun 2023. Sutopo bilang, kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global yang lebih lemah dan ketegangan geopolitik akan terus menjadikan emas berharga sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian. Buktinya, bank sentral global membeli sekitar 400 ton emas pada kuartal ketiga 2022. Melihat situasi saat ini, bank sentral dinilai akan terus menambah cadangan emasnya.
Baca Juga: BI Perkirakan Inflasi Januari 2023 Sebesar 0,41% MoM Sutopo memperkirakan, harga emas dunia di akhir tahun 2023 akan berkisar US$ 1.900 per ons troi. Data Bloomberg menunjukkan per 13 Januari 2023, harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.920 per ons troi. Sementara, harga emas Antam diproyeksi bisa mencapai Rp 1,2 juta per gram di tahun 2023. Harga emas Antam saat ini dinilai sudah relatif mahal. Sebaiknya likuidasi posisi beli sudah harus mulai dilakukan, sambil menunggu koreksi untuk membeli ulang. Mengutip situs Logam Mulia, Minggu (15/1), harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 1.043.000, dengan level harga
buyback Rp 951.000 per gram. Harga emas Antam terus bergerak dari harga pembukaan tahun ini yang berkisar Rp 1.026.000 per gram dengan harga
buyback dipatok Rp 926.000 per gram. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati