Simak Prospek Kinerja Emiten CPO di Tengah Penurunan Harga Minyak Sawit Mentah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah masih mengalami penurunan.

Melansir Reuters, per Jumat (16/2), harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia pada Maret 2024 melemah 19 poin menjadi MYR 3.908 per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga melemah sebesar 16 poin menjadi MYR 3.859 per metrik ton.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, penurunan harga kontrak CPO biasanya akan direspons negatif oleh pasar dan berimbas kurang baik ke saham emiten CPO.


Namun, kinerja tiap-tiap emiten berbeda. Hal ini disebabkan penjualan tandan buah segar (TBS) dan CPO biasanya dilakukan sesuai kontrak dalam jangka waktu tertentu dan harga tetap.

Baca Juga: Perusahaan Kelapa Sawit Optimistis Harga CPO Naik pada 2024

“Harga kontrak di pasar berjangka pasti fluktuatif, tetapi harga kontrak antarpedagang dan konsumen belum tentu. Di sisi lain, perusahaan CPO juga akan meningkatkan volume penjualan agar dapat menutupi penurunan harga tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (18/2).

Menurut Reza, harga CPO bisa fluktuatif. Jika terjadi penurunan harga di tahun 2024, ada beberapa sentimen yang bisa diperhatikan. 

Pertama, rendahnya minat beli dan lemahnya sentimen pasar karena kekhawatiran terhadap peningkatan produksi atau oversupply. Hal ini ditambah dengan lemahnya pasar minyak mentah.

“Lalu, juga ada kondisi cuaca global yang berpengaruh kepada para produsen CPO,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga CPO Masih Turun, Simak Prospek Kinerja Emiten Kelapa Sawit

Emiten-emiten CPO Tanah Air memang memiliki pangsa pasarnya masing-masing. Namun, akan lebih baik jika produk maupun turunan CPO yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan CPO di Indonesia dapat di ekspor ke global. 

“Di sisi lain, diharapkan adanya perbaikan dari konsumsi domestik untuk CPO dan produk turunannya untuk membantu kinerja dari para produsen CPO,” tuturnya.

Reza merekomendasikan hold AALI, TAPG, LSIP, dan SIMP dengan target harga masing-masing Rp 7.100 per saham, Rp 580 per saham, Rp 900 per saham,dan Rp 380 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi