KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA) masih terus berupaya melakukan penyehatan kinerja. Terbaru, WIKA berhasil membuka suspensi sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI mencabut penghentian sementara perdagangan saham WIKA di Seluruh Pasar terhitung sejak Sesi I Perdagangan Efek hari Selasa, tanggal 30 April 2024. Asal tahu saja, saham Wijaya Karya disuspensi oleh BEI sejak tanggal 18 Desember 2023. Alasannya, karena keterlambatan pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A.
Setelah WIKA mengumumkan rencana pembayaran
consent fee, denda dan pelunasan dana Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 seri A, BEI pun mencabut suspensi saham Wijaya Karya. Saham Wijaya Karya dibuka di tengah aksi Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (PMHMETD II) alias
rights issue. WIKA menawarkan sebanyak-banyaknya 46,81 miliar Saham Baru seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 100 per saham yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp 197 per saham.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Kantongi Kontrak Baru Rp 5,68 Triliun Hingga April 2024 Saham yang ditawarkan ini mewakili sebanyak-banyaknya 83,92% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah PMHMETD II (Saham Baru seri B), sehingga nilai PMHMETD II adalah sebanyak-banyaknya Rp 9,2 triliun. Aksi
rights issues ini adalah upaya WIKA untuk menyerap penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 6 triliun. Sementara sisanya, hingga Rp 3,2 triliun, akan diserap dari porsi publik. Di tengah periode
rights issue ini, sejumlah jajaran direksi WIKA tercatat ikut membeli saham Wijaya Karya. Melansir keterbukaan informasi, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito membeli 1,25 juta saham Wijaya Karya. Lalu, Direktur Operasi I WIKA Hananto Aji memborong 1,26 juta saham, Direktur Operasi II WIKA Harum Akhmad Zuhdi membeli 1,26 juta saham, dan Ex- Direktur Operasi III WIKA Rudy Hartono borong 1,52 juta saham. Kemudian, Ex-Direktur QHSE WIKA Ayu Widya Kiswari, Direktur Keuangan WIKA Adityo Kusumo, dan Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia dan Transformasi WIKA Hadjar Seti Adji masing-masing membeli 510.000 saham.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Resmikan PSN Bendungan Ameroro di Sulawesi Tenggara Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan, aksi jajaran direksi membeli saham ini mencerminkan keyakinan manajemen akan kinerja Wijaya Karya di masa mendatang. “Kami meyakini tahun 2023 adalah masa yang sulit bagi WIKA. Dengan langkah penyehatan dan transformasi, ke depannya akan lebih baik. Kami meyakini tak hanya harga saham, tetapi performa bisnis WIKA bisa meningkat,” ujarnya dalam konferensi pers daring RUPST WIKA, Rabu (15/5). Sayangnya, kinerja keuangan WIKA masih merah. Per kuartal I 2024, WIKA membukukan rugi sebesar Rp 1,13 triliun. Ini naik 117,31% secara tahunan alias
year on year (YoY) dari sebelumnya rugi sebesar Rp 521,25 miliar. Pendapatan bersih WIKA di kuartal I 2024 juga turun 18,75% yoy ke Rp 3,53 triliun. Raihan tersebut ditopang segmen infrastruktur dan gedung yang menyumbang Rp 1,53 triliun. Lalu, segmen industri menyumbang Rp 1,15 triliun dan segmen energi dan industrial plant Rp 585,97 miliar.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Groundbreaking Proyek Pengolahan Sampah Terbesar di Indonesia Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda melihat, peningkatan rugi WIKA di periode itu disebabkan oleh adanya kenaikan beban dari pendanaan menjadi Rp 711,77 miliar pada kuartal 1 2024. “Di sisi lain, kinerja WIKA ditopang dengan adanya peningkatan belanja infrastruktur pemerintah, pemulihan ekonomi, efisiensi biaya, dan penurunan suku bunga,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5). Aksi
rights issue WIKA merupakan langkah yang positif, tetapi belum bisa dipastikan seperti apa dampaknya ke kinerja Wijaya Karya di masa mendatang. Jika target
rights issue itu berhasil tercapai, kinerja WIKA tentu akan sangat terbantu di tengah kerugian yang masih dialami. “Kinerja WIKA di tahun ini juga masih berat. Dibutuhkan waktu dan usaha yang konsisten untuk memperbaiki fundamental perusahaan dan mengembalikan kepercayaan para investor,” ungkapnya. Alhasil, Vicky pun masih merekomendasikan
wait and see untuk WIKA.
Baca Juga: Kinerja Emiten BUMN Karya Dinilai Masih Berat Tahun Ini, Begini Kata Analis Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, aksi beli saham para direksi WIKA itu tidak serta merta bisa membantu Wijaya Karya dalam mencapai target serapan publik sebesar Rp 3,2 triliun. “Aksi beli saham ini sulit untuk membuat target
rights issue dari porsi publik tercapai, jika harga pasar di bawah harga
exercise rights. Porsi pembelian mereka juga tidak signifikan dibandingkan dengan target serapan publik (Rp 3,2 triliun),” ujarnya kepada Kontan, Rabu (15/5). Meskipun masih mengalami rugi, kinerja WIKA kemungkinan bisa membaik jika sebagian utang sudah dilunasi. Tetapi, kata Budi, aksi
rights issue yang dananya akan digunakan untuk membayar utang bisanya kurang disukai investor. Untungnya, berdasarkan prospektus
rights issue WIKA, dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk modal kerja. Ini mencakup penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN), IKN, dan proyek lainnya. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham WIKA saat ini ada di level
support Rp 134 per saham dan
resistance Rp 145 per saham. Herditya merekomendasikan
speculative buy untuk WIKA dengan target harga Rp 156–Rp 173 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham WIKA saat ini ada di level
support Rp 120 per saham dan
resistance Rp 150 per saham. William pun merekomendasikan
wait and see untuk WIKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati