Simak prospek komoditas minyak, batubara, dan gas



JAKARTA. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, harga komoditas energi terseret keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS). Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed yang terus berhembus di pasar dan mengangkat dollar menjadi sebab.

Alhasil, komoditas yang diperdagangkan dengan mata uang ini jadi kurang menarik. Keadaan ini diperburuk oleh perlambatan ekonomi global sehingga permintaan komoditas menyusut. Berikut ini, review harga komoditas energi sepanjang kuartal I-2015:

Minyak


Pergerakan harga minyak mentah di awal tahun ini semakin memburuk. Mengutip Bloomberg Kamis (2/4), harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2015 di bursa New York Merchantile Exchange melemah 2% ke level US$ 49,14 dibanding hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga minyak merosot 4,4%. Jika dihitung sepanjang kuartal I-2015, harga minyak sudah menyusut 10%.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures menjelaskan, harga minyak masih tertekan akibat penguatan dollar AS, banjir pasokan serta lesunya permintaan. Tapi penurunan harga sepanjang kuartal I belum sedalam periode sepanjang pertengahan hingga akhir tahun 2014 silam.

Harga minyak sempat meraih level tertinggi kuartal ini di US$ 55,52 per barel pada 17 Februari 2015. Sedang level terendah disentuh di US$ 45,19 per barel di 17 Maret 2015.

Minyak sempat menguat lagi didukung oleh konflik geopolitik Yaman dan Arab Saudi. Serangan Arab Saudi ke Yaman sempat membuat harga minyak bergerak di kisaran US$ 51-US$ 53 per barel. Tapi ini bukan perubahan fundamental sehingga efeknya tak bertahan lama. Apalagi konflik ini tak sampai menganggu proses produksi dan distribusi minyak global.

Dua hari terakhir harga minyak kembali meningkat di tengah perundingan antara Iran dan negara barat terkait pengembangan nuklir Iran. Jika kesepakatan dicapai, embargo ekspor minyak Iran akan dicabut. Efeknya, minyak Iran akan membanjiri pasar global sebanyak 500.000 barel per hari. Ini bakal memperburuk pasar yang sedang kebanjiran pasokan.

Nizar melihat prospek harga minyak kuartal II-2015 belum akan membaik. “Apalagi jika The Fed menaikkan suku bunga bertahap serta kesepakatan Iran dan negara barat diraih,” paparnya. Pasar juga menunggu pertemuan organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) pada pertengahan tahun ini. Harapannya, OPEC akan memutuskan pemangkasan produksi minyak.

Nizar memprediksi, harga minyak masih akan bergerak di US$ 40-US$ 55 per barel di sepanjang kuartal II- 2015.

Di akhir tahun, dengan asumsi suku bunga The Fed naik, maka harga minyak semakin terpuruk.

Sulit mengharapkan perubahan harga minyak signifikan, kecuali OPEC memangkas produksi dan indeks USD melemah. Harga minyak bisa bergerak di kisaran US$ 55-US$ 60 per barel. Sebaliknya, jika tak ada perubahan fundamental, harga bakal  merosot ke US$ 35-US$ 45 per barel.

Batubara

Nasib komoditas batubara serupa dengan minyak mentah. Mengutip Bloomberg Kamis (2/4), harga batubara kontrak pengiriman Juni 2015 di bursa ICE Commodity Exchange turun 1% dari hari sebelumnya menjadi US$ 53,85 per metrik ton. Sepekan terakhir harga batubara telah melorot 3,6%. Lalu sepanjang kuartal I-2015, harganya tergerus 8,8%.

Menurut Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, harga batubara cenderung bergerak dalam batas yang sempit. “Karena harga batubara sudah terus turun sejak tahun 2011 hingga sekarang,” kata Ibrahim. Kebijakan negara importir utama khususnya China dan India yang menerapkan penggunaan energi bersih menjadi penekan utama harga batubara tahun ini.

China dan Rusia sudah melakukan kontrak kerja transaksi gas sebagai sumber daya listrik. “Tanpa peralihan ke energi terbarukan yang bersih saja permintaan batubara sudah tergerus perlambatan ekonomi,” jelas Ibrahim..

Harga batubara sempat menguat ke level tertinggi kuartal ini di US$ 64,50 per metrik ton pada 16 Februari 2015. Sedangkan harga terendah di US$ 53,70 per metrik ton pada 16 Januari 2015.

Faktor yang sempat mengangkat harga batubara adalah kebijakan pemerintah Indonesia memangkas kuota ekspor batubara. Namun hal ini tidak bertahan lama. Tren bearish masih membayangi harga batubara.

Dengan perkiraan bahwa di pertengahan tahun The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin atau di antara 0,25%-0,50%, tekanan batubara akan berlanjut. Prediksi Ibrahim, harga batubara di kuartal II-2015 bergerak di kisaran US$ 48-US$ 58,15 per metrik ton.

Ketika The Fed menaikkan suku bunga bertahap, indeks USD bakal kembali bergerak di kisaran level 100. Akhirnya tidak ada peluang bagi batubara untuk kembali pulih hingga akhir tahun. Akhir tahun 2015, harga batubara bisa bergulir di sekitar US$ 40 – US$ 60 per metrik ton.

Gas alam

Harga gas alam masih lemas sepanjang kuartal I 2015. Pada Kamis (2/4), harga gas alam kontrak pengiriman Mei 2015 di New York Merchantile Exchange naik 4,1% dalam sehari menjadi US$ 2,7130 per juta kaki kubik per hari (mmbtu). Harga ini rebound setelah sehari sebelumnya harga gas alam merosot ke level terendah sejak 2008 senilai US$ 2,6050 per mmbtu. Namun sepanjang kuartal I- 2015, harga turun 8,5%.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menilai, performa gas alam yang loyo sepanjang kuartal I disebabkan oleh dua faktor. Pertama, tren harga komoditas yang sedang turun, kedua belum adanya kebijakan energi dari Amerika Serikat yangmendukung penguatan harga.

“Sejak awal 2015, harga gas alam hampir selalu di bawah US$ 3,0000 per mmbtu, berbeda sekali dengan performanya pada 2014 yang selalu di atas kisaran US$ 3,0000 per mmbtu,” kata Wahyu. Tahun lalu, kebijakan energi Presiden AS Barrack Obama yang mendukung gas alam sebagai sumber daya utama berhasil menjaga harga gas alam.

Wahyu memprediksi Kuartal II 2015 harga gas alam akan bergerak konsolidasi. Seperti komoditas lainnya, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed berpotensi tekanan harga gas alam.

Adapun potensi penguatan harga gas alam sangat kecil. Murahnya harga minyak dunia ikut mempengaruhi harga ga alam. Selain itu belum ada kebijakan baru soal energi Di AS yang bisa mendorong pergerakan harga.

Wahyu memprediksi harga gas alam hingga akhir kuartal II-2015 di kisaran US$ 2,2000-US$ 3,4000 per mmbtu. Sementara hingga akhir tahun harga komoditas ini bakalbergulir kisaran US$ 2,0000-US$ 3,5000 per mmbtu.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa