JAKARTA. BRI Agro berencana menerbitkan obligasi dengan skema Penawaran Umum Berkelanjutan I Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar. Jika tidak ada aral melintang, perusahaan berkode saham AGRO ini bakal melakukan penawaran umum pada tanggal 20 Juni 2017 mendatang. Adapun, obligasi yang diterbitkan nantinya memiliki dua seri, yakni seri A dengan tenor 3 tahun dan kupon berkisar 7,75% hingga 8,35% per tahun. Sementara obligasi dengan seri B memiliki tenor 5 tahun dan kupon berkisar 8,10% hingga 8,70% per tahun. Hirawan Nur, Sekretaris Perusahaan BRI Agro bilang, dana hasil penerbitan obligasi tersebut bakal digunakan untuk menggenjot penyaluran kredit, khususnya di sektor ritel dan agribisnis. Nicodimus Anggi Kristiantoro, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mengatakan, dengan rating AA atau hanya satu tingkat di bawah level tertinggi, BRI Agro memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban keuangan hingga jangka panjang. “Potensi default sangat kecil atau hampir tidak ada,” ungkapnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Apalagi, lanjut dia, BRI Agro juga didukung oleh induknya yakni PT BRI (Persero) Tbk yang memiliki 80% lebih saham di BRI Agro. Setali tiga uang, Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia bilang, dari sisi perusahaan, rekam jejak BRI Agro sebagai anak usaha Bank BRI cukup bagus. Dia menyebut, pertumbuhan asset, rasio permodalan, dan laba dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perusahaan tersebut memiliki performa yang baik. “Sehingga dia memiliki potensi gagal yang relative kecil dan dibuktikan dengan rating AA,” ungkapnya saat dihubungi KONTAN di saat yang terpisah. Kendati begitu, menurut Nicodimus, dari segi return, kupon yang ditawarkan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata yield obligasi korporasi tenor 3 tahun maupun 5 tahun dengan rating AA. Dia menduga, emiten menetapkan kisaran kupon tersebut agar beban bunga tidak terlalu membebani emiten. “Dengan demikian risk and return dari obligasi emiten ini dapat mendorong minat investor untuk berinvestasi pada obligasi BRI Agro ini,” ungkapnya. Dari sisi fundamental, kata Nicodimus, BRI Agro masih cukup kuat terlebih didukung dengan pengakuan rating di level AA oleh Pefindo. “Dukungan dari induk perusahaannya yang sangat kuat dapat membuat perusahaan ini terus berekspansi,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak prospek obligasi BRI Agro
JAKARTA. BRI Agro berencana menerbitkan obligasi dengan skema Penawaran Umum Berkelanjutan I Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar. Jika tidak ada aral melintang, perusahaan berkode saham AGRO ini bakal melakukan penawaran umum pada tanggal 20 Juni 2017 mendatang. Adapun, obligasi yang diterbitkan nantinya memiliki dua seri, yakni seri A dengan tenor 3 tahun dan kupon berkisar 7,75% hingga 8,35% per tahun. Sementara obligasi dengan seri B memiliki tenor 5 tahun dan kupon berkisar 8,10% hingga 8,70% per tahun. Hirawan Nur, Sekretaris Perusahaan BRI Agro bilang, dana hasil penerbitan obligasi tersebut bakal digunakan untuk menggenjot penyaluran kredit, khususnya di sektor ritel dan agribisnis. Nicodimus Anggi Kristiantoro, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mengatakan, dengan rating AA atau hanya satu tingkat di bawah level tertinggi, BRI Agro memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban keuangan hingga jangka panjang. “Potensi default sangat kecil atau hampir tidak ada,” ungkapnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Apalagi, lanjut dia, BRI Agro juga didukung oleh induknya yakni PT BRI (Persero) Tbk yang memiliki 80% lebih saham di BRI Agro. Setali tiga uang, Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia bilang, dari sisi perusahaan, rekam jejak BRI Agro sebagai anak usaha Bank BRI cukup bagus. Dia menyebut, pertumbuhan asset, rasio permodalan, dan laba dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perusahaan tersebut memiliki performa yang baik. “Sehingga dia memiliki potensi gagal yang relative kecil dan dibuktikan dengan rating AA,” ungkapnya saat dihubungi KONTAN di saat yang terpisah. Kendati begitu, menurut Nicodimus, dari segi return, kupon yang ditawarkan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata yield obligasi korporasi tenor 3 tahun maupun 5 tahun dengan rating AA. Dia menduga, emiten menetapkan kisaran kupon tersebut agar beban bunga tidak terlalu membebani emiten. “Dengan demikian risk and return dari obligasi emiten ini dapat mendorong minat investor untuk berinvestasi pada obligasi BRI Agro ini,” ungkapnya. Dari sisi fundamental, kata Nicodimus, BRI Agro masih cukup kuat terlebih didukung dengan pengakuan rating di level AA oleh Pefindo. “Dukungan dari induk perusahaannya yang sangat kuat dapat membuat perusahaan ini terus berekspansi,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News