Simak prospek pasar uang & pendapatan tetap ini



KONTAN.CO.ID - Pekan lalu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan suku bunga penjaminan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Sejumlah analis melihat, perubahan tersebut seharusnya tidak bakal terlalu mempengaruhi portofolio investasi.

Analis Obligasi Anil Kumar, analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia menjelaskan, perubahan ini tidak akan berdampak langsung pada pasar obligasi. Pasalnya perubahan ini akan lebih mempengaruhi pergerakan suku bunga deposito, terutama mengingat fungsi LPS sebagai penjamin deposito hingga Rp 2 miliar.

Namun demikian, langkah ini menunjukkan kesamaan visi lembaga keuangan negara untuk sama-sama mengupayakan realisasi suku bunga rendah. Maka nasabah seharusnya semakin giat untuk melakukan investasi. "Perubahan suku bunga LPS ini secara tidak langsung memberikan arahan bahwa tren di Indonesia itu suku bunganya akan turun terus," jelas Anil.


Anil melihat, melalui penurunan ini, masyarakat seharusnya mulai memperhatikan sejumlah instrumen investasi. Obligasi dapat menjadi pilihan yang menarik. Ia melihat, prospek obligasi tenor panjang 10 tahun-20 tahun akan sangat bagus dengan indikator imbal hingga akhir tahun dapat mencapai 6%-6,3%. "Tapi kalau untuk reksadana, sekarang jagonya reksadana pasar uang," kata Anil.

Serupa, Analis Infovesta Utama Wawan Hendrawan menyetujui prospek reksadana pasar uang bakal kinclong. Investor yang bermain di jangka pendek akan dapat meraup untung dengan perubahan suku bunga deposito yang menjadi instrumen efek reksadana pasar uang. "Tahun ini pasar uang pesat sekali karena suku bunga turun terus," jelas Wawan.

Ia menyatakan hingga Juni-Agustus dana kelolaan reksadana pasar uang telah tumbuh 5,4% menjadi Rp 53,4 triliun. Perubahan suku bunga Bank Indonesia yang terjadi pada Agustus menjadi salah satu pemicu kenaikan dana kelolaan tersebut. Ia menjelaskan bagi investor yang mengincar likuiditas dan keamanan dapat mengambil reksadana tipe ini.

Di sisi lain, reksadana yang juga dapat tumbuh moncer dalam iklim suku bunga rendah adalah reksadana pendapatan tetap. Menurut Wawan, bagi investor yang menginginkan nilai return besar, reksadana pendapatan tetap dapat memberikan janji yang cukup menarik. Secara year to date, kelolaan reksadana jenis ini telah melonjak 35% menjadi Rp 85,9 triliun.

Tak lupa, prospek obligasi pemerintah tenor panjang juga sedang mendaki, begitu juga dengan obligasi korporasi yang mulai populer dengan berbagai proyek infrastruktur dan sekuritisasi aset.

Sedangkan mengenai investasi emas, Wawan merasa katalisnya terlalu volatil dan bakal mengikuti sentimen asing. "Tetap tidak terlalu menarik bila dibandingkan deposito, volatilitas dan faktornya kebanyakan dari luar," kata Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati