Simak Prospek Pergerakan Harga Logam Mulia pada Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas logam mulia diperkirakan memiliki prospek yang lebih baik pada tahun 2022 mendatang. Maklum, tahun ini sudah menjadi periode yang berat bagi jenis komoditas satu ini. 

Lihat saja harga emas spot yang telah turun sebesar 4,5% dalam periode tersebut. Sementara platinum dan perak masing-masing harganya turun 9,3% dan 12,38%. Sedangkan itu, paladium lebih parah lagi karena koreksi harganya sudah sebesar 18,92%. 

Logam mulia batangan pun juga bernasib serupa. Emas keluaran PT Aneka Tambang (Antam) misalnya. Pada akhir 2020, harganya berada di level Rp 965.000 per gram, sementara per 29 Desember, harga buyback-nya Rp 827.000 per gram. 


Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengungkapkan, perkembangan pandemi Covid-19 masih akan jadi penentu arah komoditas logam mulia pada tahun depan, khususnya untuk logam mulia berjenis spot. 

Sementara yang berjenis batangan, menurutnya justru punya peluang untuk lebih baik. 

Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 2.000 Menjadi Rp 932.000 Per Gram Pada Hari Ini (29/12)

Ia menjelaskan, baik emas spot maupun perak spot masih akan dihadapkan dengan masalah tapering pada tahun depan. Sementara untuk emas batangan, hal tersebut relatif tidak memberikan tekanan.

“Emas fisik punya peluang menguat lebih besar karena dua asumsi. Pertama, harganya naik karena ikut emas dunia saat dolar AS melemah. Kedua, naik karena didukung oleh pelemahan rupiah di saat dolar AS menguat,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (29/12).

Tapi, jika berkaca dari emas batangan keluaran Antam, Wahyu melihat ada tren berbeda. Jika periode sebelumnya, setiap tahun ada level new high untuk emas Antam, namun tahun ini tidak terjadi. Ia meyakini pandemi masih jadi penyebab tertahannya harga emas Antam. 

Sementara Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, logam mulia masih cukup menarik dalam perdagangan tahun 2022. Sebagai safe haven, logam mulia masih akan jadi pilihan para investor. Apalagi, dengan laju inflasi yang naik pada tahun depan, logam mulia khususnya emas masih akan punya potensi yang menarik. 

Namun, Ibrahim memperkirakan harga emas masih akan cenderung terkoreksi imbas efek tapering The Fed dan kenaikan suku bunga acuan AS.  “Hanya saja, kenaikan suku bunga kan tidak terlalu tinggi kemungkinan, jadi masih ada harapan harga emas masih bisa naik,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ibrahim juga melihat katalis positif untuk logam mulia juga bisa datang dari ketika ada masalah geopolitik yang cukup memanas. 

Hal tersebut mungkin terjadi lantaran beberapa negara ada indikasi terlibat konflik satu sama lain. Misalnya, China dan Taiwan, lalu sikap Korea Utara yang terus melakukan uji coba misil di Semenanjung Korea, hingga perang dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Wahyu menambahkan, permintaan untuk komoditas logam mulia seperti paladium dan platinum diharapkan akan semakin meningkat karena aktivitas ekonomi yang semakin pulih. Dengan kondisi tersebut, dirinya pun merekomendasikan para investor untuk melakukan buy on weakness pada komoditas logam mulia. 

Baca Juga: Antam (ANTM) dan Hartadinata (HRTA) Teken Kerjasama Produksi dan Penjualan Emas

Oleh karena itu, dengan harapan pandemi yang membaik, emas Antam bisa lebih baik pada tahun depan. Ia optimistis, peluang rebound untuk komoditas logam mulia akan terbuka lebar pada paruh kedua tahun 2022. 

Adapun, pada tahun depan, Wahyu memperkirakan harga emas akan bergerak pada rentang US$ 1.600 - US$ 1.900. Lalu untuk harga emas Antam akan ada rentang Rp 750.000 - Rp 1 juta per gram.

Sementara untuk harga perak akan berada pada kisaran US$ 19 - US$ 25. Berikutnya untuk harga paladium dan platinum masing-masing akan berada pada area US$ 1.600 - US$ 2.300 dan US$ 800 - US$ 1.150.

Sedangkan berdasarkan perhitungan Ibrahim, emas berada di kisaran US$ 1.600 - US$ 1.900. Sementara untuk perak berada di rentang US$ 15 - US$ 19. 

Lalu untuk palladium ada pada rentang US$ 2.005 - US$ 2.050. Sedangkan untuk platinum berpotensi bergerak ke arah US$ 1.020 - US$ 1.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi