Simak Prospek Reksadana Terproteksi di Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib reksadana terproteksi dibayangi outlook yang menantang di tahun ini. Terlebih, peminat terhadap produk ini terus turun, yang tercermin dari dana kelolaan yang terus tergerus. Begitupun dari sisi produk, reksadana terproteksi juga makin susut.

Merujuk Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana terproteksi pada akhir Januari sebesar Rp 100,63 triliun. Padahal, pada akhir tahun 2020, dana kelolaannya masih sebesar Rp 137,40 triliun. Artinya dana tersebut turun 26,76%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan reksadana terproteksi punya pekerjaan rumah yang besar. Ia bilang, dari sisi produk, per 10 Februari jumlahnya hanya 494 produk, padahal pada bulan Januari lalu masih terdapat 505 produk.


“Jadi lebih banyak produk reksadana terproteksi yang jatuh tempo dan tidak diperpanjang ketimbang peluncuran produk baru penggantinya. Tren ini sepertinya juga masih akan berlanjut pada tahun ini,” jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Baca Juga: BNI AM terbitkan reksadana berbasis indeks obligasi

Wawan meyakini, pajak obligasi dan reksadana terproteksi yang sama-sama 10% membuat reksadana terproteksi tak lagi menarik, khususnya bagi investor institusional. Padahal, reksadana terproteksi selama ini menjadi incaran investor institusional.

Dari sisi supply, penerbitan obligasi korporasi yang masih terbatas juga dinilai membuat manajer investasi kesulitan mencari underlying untuk reksadana terproteksi.

Sementara dari sisi demand, Wawan tak menampik bahwa peminat reksadana terproteksi dari kelompok investor ritel memang meningkat. Hanya saja ia menyangsikan keberadaan investor ritel ini bisa menggantikan investor institusional.

“Jadi tahun ini masih akan challenging untuk reksadana terproteksi, baik dari sisi peluncuran produk baru maupun dana kelolaan,” imbuh Wawan.

Namun, tercatat beberapa manajer investasi masih tetap menerbitkan reksadana terproteksi dengan berbagai tantangannya. Salah satunya adalah PT Surya Timur Alam Raya Asset Management (STAR AM). Tercatat, STAR AM baru saja mendaftarkan rencana peluncuran produk Reksadana Terproteksi Star Protected XVII di KSEI.

Baca Juga: Kenaikan CDS Indonesia Dinilai Hanya Bersifat Sementara

Head of Institutional & Intermediary Business STAR AM Kemal Fajri Mohsin mengatakan saat ini pihaknya memang sudah memiliki izin efektif dari regulator untuk memasarkan beberapa seri reksadana terproteksi. Rencananya, produk tersebut akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2022.

Walaupun dihadapkan dengan kenyataan obligasi kini juga memiliki pajak yang sama, yakni 10%, Kemal cukup optimistis reksadana terproteksi masih punya peminat yang tinggi. Apalagi, underlying yang digunakan pada reksadana terproteksi milik STAR AM juga akan memberikan potensi return yang atraktif bagi para investor, khususnya investor ritel.

“Produk reksadana terproteksi ini kan juga bisa menjadi produk pengenal pertama bagi investor pemula yang belum berpengalaman berinvestasi,” kata Kemal kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Ia menambahkan, pada tahun ini minat investor terhadap reksadana terproteksi masih akan tetap tinggi. Terlebih lagi dengan adanya rencana kenaikan suku bunga pada tahun ini yang diproyeksi mengangkat return reksadana terproteksi pada tahun ini.

Baca Juga: Saham Bullish, Kinerja Reksadana Saham Masih Memble

Kemal mengungkapkan bahwa hampir semua produk reksadana terproteksi yang akan diluncurkan STAR AM ditawarkan kepada investor ritel. Pemasaran melalui mitra distributor Agen Penjual Efek Reksadana (APERD) dan tim penjualan yang langsung terjun ke lapangan menawarkan kepada investor ritel jadi cara STAR AM memasarkan produknya.

Di satu sisi, pihaknya tak menampik bahwa reksadana terproteksi masih memiliki tantangan pada tahun ini. Menurutnya, saat ini supply obligasi korporasi masih cukup terbatas sehingga menjadi hambatan dalam penerbitan produk reksadana terproteksi baru.

Namun, dengan besarnya network dan jaringan yang kami punyai dalam mengakses underlying obligasi korporasi, kami melihat keterbatasan suplai ini dapat diatasi,” imbuhnya.

Terkait potensi kinerja reksadana terproteksi pada tahun ini, Wawan menilai hal tersebut sangat bergantung pada underlying masing-masing reksadana terproteksi.

Namun, ia memperkirakan, untuk reksadana terproteksi yang memiliki underlying obligasi korporasi dengan rating A, setidaknya bisa memberikan imbal hasil di kisaran 7%-10% pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari