Simak Prospek Saham Alam Sutera (ASRI) di Tengah Kenaikan Inflasi dan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Alam Sutera Realty (ASRI) di sepanjang tahun lalu berhasil tumbuh di atas ekspektasi para analis. Dari rugi Rp 1,03 triliun di 2020, ASRI berhasil catatkan laba bersih Rp 145,69 miliar di 2021. Keuntungan tersebut disokong perolehan pendapatan yang signifikan, yaitu naik 101,41% secara tahunan menjadi Rp 2,48 triliun. 

Penjualan properti yang menyumbang kontribusi terbesar pada pendapatan tercatat naik 125% secara tahunan mencapai Rp 2,43 triliun. Selain itu, segmen jasa hospitality ASRI juga tumbuh 34,42% menjadi Rp 402,77 miliar. Hanya segmen pariwisata yang masih turun 61,23% menjadi Rp 11,28 miliar. Sisanya, dari pendapatan lainnya sebesar Rp 1,49 miliar.

Kinerja keuangan ASRI tumbuh signifikan karena mendapat dukungan dari pemerintah yang memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti. Insentif pajak tersebut membebaskan PPN untuk pembelian rumah di bawah Rp 2 miliar. Sementara, diskon PPN 50% untuk pembelian rumah seharga Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar. 


Baca Juga: Alam Sutera (ASRI) Membalikkan Kerugian Menjadi Laba Rp 145,69 Miliar di 2021

Namun, besaran insentif PPN tersebut sejak awal tahun 2022 hingga September 2022 semakin kecil. Kini pembeli rumah di bawah harga Rp 2 miliar dikenakan PPN sebesar 50%. Sedangkan, pembeli rumah Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar dikenakan PPN sebesar 75%. 

Yasmin Soulisa, Analis Ciptadana Sekuritas menulis dalam risetnya insentif pajak yang diperpanjang hingga September dengan diskon yang lebih rendah, akan tetap membantu daya beli masyarakat di sektor properti. 

ASRI pun berpotensi diuntungkan karena proyek apartemen Ayodhya Residance, apartemen Paddington Heights, properti di Suvarna Sutera dan Alam Sutera masuk dalam kategori insentif pajak tersebut.

Sementara, Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus memproyeksikan kinerja ASRI di tahun ini hanya akan naik tipis meski diiringi dengan pemulihan ekonomi dan membaiknya daya beli masyarakat.  "Dengan adanya kenaikan pajak dan adanya ancaman kenaikan tingkat suku bunga, kami perkirakan pertumbuhan kinerja emiten ASRI hanya akan naik tipis," kata Daniel, Selasa (12/4). 

Selain itu, meskipun pemerintah masih menggelontorkan stimulus untuk sektor properti, tekanan pada sektor properti masih akan ada. Sentimen negatif bisa datang dari efek naiknya harga kebutuhan pokok.  Potensi kenaikan tingkat suku bunga juga bisa menjadi pemberat untuk tercapainya target marketing sales ASRI. Masyarakat juga berpotensi cenderug menahan untuk melakukan pembelian properti di tahun ini akibat harga kebutuhan pokok ikut naik. 

Di tahun ini, ASRI menargetkan pra penjualan atawa marketing sales sebesar Rp 3,4 triliun. Jumlah tersebut naik 6,2% dari target di 2021 yang sebesar Rp 3,2 triliun. 

Namun, realisasi pra penjualan dari target di 2021 tidak berhasil terlampaui dan hanya mencapai Rp 2,96 triliun. Berkaca pada kinerja tahun lalu, Yasmin menurunkan target perolehan pra penjualan menjadi Rp 3,2 triliun. 

 
ASRI Chart by TradingView

Sejauh ini, upaya ASRI untuk mencapai target pra penjualan sudah terlihat dari peluncuran proyek perumahan bernama Sutera Sawangan by Alam Sutera. Proyek tersebut berada di Depok dan memiliki luas 3,5 hektare. ASRI memproyeksikan pra penjualan Rp 250 miliar dari proyek ini. Rentang harga rumah di proyek ini Rp 1,2 miliar hingga Rp 1,8 miliar per unit. 

Selama soft operning proyek ini, ASRI berhasil menjual 70% dari 125 unit yang mayoritas dibeli oleh penghuni (end user). "Hal ini menunjukkan permintaan pada properti perumahan masih kuat meski di tengah pandemi," kata Yasmin.

Selain, proyek Sutera Sawangan, ASRI juga tengah mempersiapkan untuk mengembangkan beberapa proyek lain seperti Sutera Winona Tahap 2 di Tangerang dan Elevee Penthouse & Residance di Alam Sutera. 

Yasmin merekomendasikan beli dengan target harga yang lebih tinggi di Rp 260 per saham. Yasmin memproyeksikan pendapatan ASRI di tahun ini tumbuh ke Rp 3,2 triliun. Sementara, laba bersih tumbuh ke Rp 177 miliar.

Sementara, Daniel merekomendasikan buy on weakness dengan target harga di level Rp 200. Daniel memproyeksikan pertumbuhan laba dan pendapatan ASRI naik sekitar 5%-10% dibandingkan tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi