KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana kenaikan anggaran infrastruktur pada tahun depan menjadi angin segar bagi emiten konstruksi. Pasalnya, maraknya proyek infrastruktur akan mendorong kinerja emiten di sektor konstruksi. Asal tahu saja, pemerintah menetapkan anggaran infrastruktur sebesar Rp 392 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2023, naik 7,75% dari anggaran tahun ini yang sebesar Rp 363,8 triliun. Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim melihat bahwa berita tersebut merupakan angin segar bagi emiten konstruksi. Langkah ini menjadi dorongan tambahan setelah rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
"Ini sentimen positif yang diharapkan meningkatkan pertumbuhan kontrak emiten konstruksi. Karena sentimen pembangunan IKN baru akan ditunggu pelaku pasar seiring dengan dibukanya tender," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (18/8).
Baca Juga: Saham Emiten Konstruksi Merambat Naik, Cermati Rekomedasi Saham Berikut ini Setidaknya dalam sebulan terakhir, sejumlah saham emiten konstruksi juga sedang naik. Tak hanya dari BUMN Karya dan anak usahanya, kenaikan juga dirasakan oleh emiten konstruksi swasta. Menurut Lukman, berlanjutnya pemulihan ekonomi pasca pandemi bisa membuat saham emiten konstruksi swasta kembali dilirik. Apalagi, pada mega proyek IKN pun pihak swasta juga mendapatkan tempat. Dari sisi emiten pelat merah, Lukman menyoroti program penyehatan keuangan alias restrukturisasi bisa menghembuskan sentimen positif bagi emiten seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT) dan PT Waskita Beton Precast Tbk (
WSBP). Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati juga melihat restrukturisasi menjadi katalis positif untuk memangkas beban keuangan dan menjaga tingkat profitabilitas. Saham BUMN Karya pun mengalami teknikal rebound dalam beberapa pekan terakhir. Catatan Ike, harga saham BUMN karya biasanya mengalami kenaikan yang cukup signifikan di akhir tahun atau pada bulan November - Desember. Jika bertahan, maka berlanjut hingga Januari effect. "Biasanya cashflow emiten konstruksi menjadi lebih sehat karena ada pembayaran dari proyek yang telah dijalankan di sepanjang tahun," kata Ike. Namun, Ike belum melihat dampak yang signifikan dari kenaikan anggaran infrastruktur pada RAPBN 2023. Pasalnya, meski ada lonjakan dibanding tahun ini, tapi anggaran tahun depan masih lebih rendah ketimbang 2021 lalu.
Baca Juga: Permintaan Kredit Baru di Segmen Korporasi Bulan Juli Meningkat "Dampak kenaikan anggaran ini positif bagi sektor konstruksi, namun tidak terlalu signifikan," imbuh Ike. Catatan lainnya, Ike menilai prospek emiten konstruksi akan sejalan dengan bisnis di sektor properti. Tantangan yang menghadang antara lain dari tren suku bunga yang kemungkinan melaju lebih tinggi. Lukman punya analisa serupa terkait tren kenaikan suku bunga. Lonjakan di sejumlah negara berpotensi mempengaruhi keputusan Bank Indonesia. Di sisi lain, tingkat suku bunga sensitif dengan saham kontruksi yang memerlukan pendanaan. Tantangan lainnya adalah kenaikan bahan baku, termasuk raw material bangunan. Kondisi ini bisa menekan bottom line. Apalagi, kinerja emiten kontruksi sejauh ini memang menunjukkan kecenderungan tumbuh pada top line, namun belum signifikan. Meski begitu, Lukman melihat saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (
ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk (
PTPP) masih bisa dilirik. Sedangkan saran Ike,
wait and see terlebih dulu untuk saham emiten konstruksi swasta. Menimbang kenaikan pada sejumlah saham konstruksi BUMN Karya dan swasta, Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, menilai pelaku pasar masih bisa melakukan strategi
buy atau
buy on weakness (BoW) pada sejumlah saham.
Analisa Daniel, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA) bisa dikoleksi dengan target jangka pendek di Rp 1.180. Selain itu,
PTPP,
ADHI, dan
WSKT juga layak dibeli dengan target jangka pendek masing-masing di Rp 1.170, Rp 930 dan Rp 620. Untuk emiten swasta, saham PT Total Bangun Persada Tbk (
TOTL) bisa dibeli dengan target jangka pendek di Rp 400. Begitu juga PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (
DGIK) dengan target di Rp 145. Sedangkan untuk PT Acset Indonusa Tbk (
ACST), Daniel melihat peluang koreksi minor ke level Rp 180 - Rp 188, sebelum lanjut menguat ke area Rp 220 - Rp 230. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi