KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggabungan usaha antara Indosat Ooredoo (
ISAT) dengan Hutchison 3 Indonesia (H3I) berpotensi menghasilkan pertumbuhan bagi perusahaan hasil merger. Akan tetapi, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan, seberapa signifikan potensi pertumbuhannya masih perlu melihat perkembangan ke depan. Terlebih lagi, perusahaan gabungan yang kini bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison ini masih dalam proses integrasi setelah resmi beroperasi pada 4 Januari 2022. Karena itu, Cheryl melihat bahwa efek yang lebih nyata dari merger ini baru akan terasa dalam jangka menengah. Namun, efek merger terhadap ISAT, sedikit banyak sudah terlihat dalam kinerja keuangan kuartal I-2022. Sepanjang Januari-Maret 2022, ISAT membukukan peningkatan pendapatan 48%
year on year (yoy) menjadi Rp 10,87 triliun dengan laba bersih Rp 128,75 miliar atau menurun 25,2% yoy.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Gani mengatakan, realisasi
bottom line ISAT berada di atas ekspektasi, sebab dia memprediksi ISAT masih akan membukukan rugi bersih di tahun 2022. Menurutnya, ada dua faktor pendorong yang membuat ISAT dapat meraih laba bersih.
Baca Juga: Bersama Lintasarta dan BDx, Indosat Ooredoo Hutschison Bentuk JV Data Center Rp 4,4 T Pertama, beban penyusutan dan amortisasi yang lebih rendah dari perkiraan karena ISAT mengonsolidasikan aset tetap H3I dengan nilai tercatat yang jauh lebih rendah daripada nilai buku yang dinyatakan karena lokasi yang direncanakan penonaktifan.
Kedua, progres integrasi perusahaan tergolong baik dengan biaya minimal. Dari segi operasional, jumlah pelanggan seluler ISAT kini mencapai 94,6 juta atau meningkat 50,4% qoq berkat penggabungan dengan jumlah pelanggan H3I. ISAT akan mempertahankan merek Tri di pasar karena telah kuat kehadirannya di antara populasi pemuda dan segmen game yang juga dilengkapi dengan merek IM3. Lebih lanjut, proses integrasi dengan H3I juga lebih cepat dari jadwal. Sekitar 20% dari proses rencana integrasi sudah selesai pada kuartal I-2022. Saat ini, ISAT masih melakukan negosiasi dengan seluruh mitra khususnya, penyedia peralatan, dan penyedia menara telekomunikasi untuk tahap integrasi berikutnya.
"Ini sangat penting bagi perusahaan karena nilai sinergi sebagian besar akan berasal dari penghematan biaya berkat penonaktifan situs duplikat dan integrasi jaringan," kata Gani dalam risetnya tanggal 10 Mei 2022. Gani bilang, ISAT masih yakin dapat membuka nilai sinergi sebesar US$ 300-US$ 400 juta selama tiga sampai dengan empat tahun ke depan. Porsi terbesar akan didapat pada satu hingga dua tahun ke depan. Oleh sebab itu, Gani merekomendasikan
buy saham ISAT dengan target harga Rp 7.500 per saham dalam jangka panjang. Ia memprediksi ISAT dapat membukukan pendapatan Rp 46,25 triliun dengan laba bersih Rp 556 miliar pada 2022.
Baca Juga: Indosat Ooredoo Hutchison Optimistis Kinerja 2022 Tumbuh di Atas Industri Perolehan laba bersih tersebut diperkirakan berlanjut hingga 2024. Sebelumnya, Gani memperkirakan ISAT masih akan merugi pada 2022-2023.
Cheryl menambahkan, prospek ISAT tergolong menarik terlebih jika merger-nya benar-benar efektif meningkatkan performa ISAT. Dari segi eksternal perusahaan, tren pemulihan ekonomi Indonesia juga akan menjadi sentimen positif bagi ISAT karena akan meningkatkan kemampuan konsumsi masyarakat. "Secara valuasi, PER ISAT juga lebih murah dibandingkan
peers-nya. PER ISAT saat ini di bawah rerata deviasi," kata Cheryl. PER ISAT berada di kisaran 5,24 kali, sedangkan EXCL 25,07 kali dan TLKM 16,14 kali. Oleh sebab itu, Cheryl merekomendasikan beli saham ISAT dengan target harga Rp 6.700 per saham dalam jangka menengah. Per perdagangan Kamis (9/6), harga ISAT naik 3,63% ke level Rp 6.425 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari