KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga komoditas turut menggerus laba bersih emiten pertambangan milik negara (BUMN). Kondisi ini tercermin dari menurunnya laba bersih dua emiten tambang BUMN sepanjang semester I-2023. Laba bersih PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya. Emiten pertambangan batubara ini membukukan laba bersih senilai Rp 2,8 triliun pada semester pertama 2023. Laba ini menyusut 54,9% dari laba bersih di periode yang tahun lalu yang mencapai Rp 6,15 triliun. Padahal, pendapatan PTBA masih mampu tumbuh tipis 2%. PTBA membukukan pendapatan sebesar Rp 18,9 triliun di periode semester pertama 2023.
Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menilai, kinerja PTBA di kuartal kedua 2023 masih cukup solid dibandingkan dengan pemain batubara lainnya yang kinerjanya merosot. Pada kuartal kedua 2023, laba bersih PTBA masih naik 43,3% secara kuartalan. Namun memang secara tahunan alias secara year-on-year (YoY), laba bersih PTBA cukup timpang. “Ini karena windfall commodity tahun lalu. Kami ekspektasikan kinerja emiten batubara saat ini untuk mencari pertumbuhan dengan cara mendorong volume produksi dan menekan biaya,” kata Alif kepada Kontan.co.id, Minggu (3/9).
Baca Juga: Penurunan Harga Komoditas Menekan Laba Emiten Tambang BUMN Memang, tahun ini PTBA menargetkan kenaikan volume produksi dan penjualan. Emiten yang berbasis di Sumatra Selatan tersebut menargetkan produksi batubara menjadi 41,0 juta ton atau naik 11% dari realisasi tahun 2022. Dari sisi penjualan, PTBA menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30% dari realisasi penjualan batubara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton. Di sisi lain, Alif cukup optimistis dengan kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Jika tren produksi dapat terus meningkat dengan asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) stabil, maka laba bersih ANTM di tahun ini dapat mencapai estimasi yang dipasang MNC Sekuritas di angka Rp 4,73 triliun. Estimasi laba ini tumbuh 24% dari realisasi laba bersih tahun lalu. “Yang tentunya akan menjadi sentimen positif untuk sahamnya secara fundamental,” kata Alif. Meski demikian, melihat kinerja emiten tambang dan dengan asumsi harga komoditas yang akan stabil pada kisaran saat ini, Alif menilai pembagian dividen emiten tambang pelat merah untuk tahun buku 2023 akan lebih konservatif. Sebab, emiten tambang BUMN seperti ANTM dan PTBA masih memiliki banyak pipeline project yang sifatnya padat modal (capital intensive). Alif merekomendasikan hold saham PTBA dengan target harga Rp 2.900 dan buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.400.
Sementara Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menyematkan rekomendasi hold untuk saham TINS dengan level Rp 1.000 per saham. Felix memperkirakan prospek TINS di sisa tahun ini masih cukup berat. Dia belum melihat adanya katalis positif yang signifikan terhadap outlook pasar dan harga timah global. Terlebih, pasar dan harga logam dunia dibayangi sentimen negatif dari gagal bayarnya pengembang properti besar di China.
Baca Juga: Laba Bersih Bukit Asam (PTBA) Merosot 54,9%, Begini Rekomendasi Sahamnya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat