Simak prospek saham ROTI ke depan



JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) menyiasati berhenti operasinya pabrik di Cikarang dengan membuka dua pabrik baru berkapasitas ganda di Purwakarta dan Cikande.

Dengan begitu diharapkan produsen Sari Roti ini bisa meningkatkan kembali produksi yang diperkirakan menurut di kuartal pertama. Analis Bahana Sekuritas, Michael W. Setjoadi mengatakan, aksi korporasi ini telah menyelamatkan kinerja perusahaan kuartal pertama 2015. Sehingga pendapatan naik menjadi Rp 519,36 miliar dari pabrik di Purwakarta yang dioperasikan sejak April 2014 dan di Cikande Mei 2014. “Perfomance perusahaan sempat dikhawatirkan akan drop karena penutupan pabrik di Cikarang. Tapi setelah pemindahan produksi ke pabrik di Purwakarta dan Cikande pada pertengahan 2014, pendapatan ROTI langsung positif pada kuartal I-2105,” jelas Michael (6/5).

Prospek bisnis ROTI ke depan masih bagus dengan tren masyarakat Indonesia yang semakin tertarik memakan roti sebagai pengganti nasi. Dari sisi makro, ia menilai tren konsumsi ini akan terus meningkat dan tidak akan terpengaruh dengan kondisi ekonomi negara yang cenderung menurun. Roti bukan lagi dianggap sebagai makanan pengganti melainkan kebutuhan. Sementara itu analis dari BCA Sekuritas, Tiara Nursyani menilai bahwa ROTI menghasilkan kinerja yang memuaskan pada kuartal I-2015.


Perseroan berhasil meningkatkan net profit sebesar 9,6% yoy dari sebelumnya Rp 61,25 miliar menjadi Rp 67,12 milar. Begitu pun juga dengan pendapatan pada kuartal I-1015 yang meningkat 11,7% dari Rp 464,60 miliar menjadi Rp 518,86 miliar. Ia menjelaskan penjualan dari produk roti tawar sebagai kontribusi terbesar dari angka penjualan pada 1Q15 senilai Rp 341,8 miliar atau naik 25% YoY. “Penjualan produk baru Sari Roti juga, yakni Dorayaki dan Mini Bun telah memberikan kontribusi terhadap angka penjualan perseroan dengan total Rp 5,7 miliar pada 1Q15,” terang Tiara di dalam riset 27 April 2015. Adapun gross margin perusahaan mengalami kenaikan ke level 53% pada kuartal I-2015 dari yang sebelumnya 47,4% pada 1Q14. Margin gross ini menyentuh presentase tertinggi yang disebabkan rendahnya harga tepung dan efisien perusahaan yang lebih baik.

ROTI berhasil menurunkan labor cost di kuartal pertama tahun ini sebanyak 5% YoY. Untuk operating profit pada 1Q15, ROTI mengalami kenaikan sebesar 27,9% dari sebelumnya Rp 83,79 miliar menjadi Rp 107,20 miliar. Kendati demikian, analis dari Danareksa Sekuritas, Jennifer F. Yapply menuturkan bahwa angka pertumbuhan ROTI pada kuartal 1-2015 melambat karena konsumsi masyarakat yang melemah.

ROTI juga baru-baru ini mengeluarkan obligasi sebesar Rp 500 miliar, sekitar 68% akan digunakan untuk membayar utang perusahaan. Oleh karena itu, diperkirakan beban bunga ROTI akan meningkat meskipun lebih lambat di 2015 seiring dengan coupon payment akan dimulai pada Juni 2015. “Mulai 2016 dan seterusnya, diharapkan biaya bunga obligasi memiliki dampak yang lebih besar terhadap perseroan,” jelas Jennifer di dalam riset 5 Mei 2015. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan produsen roti terbesar di Indonesia. Saat ini ROTI telah menguasai 90% market share di Indonesia dalam segmen roti produksi masal. Untuk meningkatkan volume produksi, ROTI akan menggunakan sisa 32% obligasinya tersebut untuk memperbaharui fasiltas produksi dan ekspansi, namun, menurut Jennifer, berkat dibukanya dua pabrik Di Purwakarta dan Cikande, ekspansi dirasa tidak perlu. Mengenai prospek ke depan, Michael melihat brand dari Sari Roti sendiri masih kuat di mata masyarakat dibandingkan merek-merek roti yang lain. Hal ini terbukti dari presentase pengembalian roti yang tidak laku menurun. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. sebagai modern trade channel utama ROTI, mengembalikan kurang dari 50% produk yang tidak laku. Sepanjang tahun 2014, perseroan membukukan penjualan neto sebesar Rp 1,9 triliun dan peningkatan laba neto19% YoY dari Rp 158 miliar pada 2013 menjadi Rp 189 miliar. “Permintaan produk masih tinggi dan posisiya di market masih kuat. Pengembalian produk juga di bawah 50%, masyarakat masih melihat brand ketika membeli roti,” ujarnya. Sedangkan Tiara memproyeksikan prospek bisnis ROTI ke depan masih akan bagus. Menurutnya, margin perusahaan akan tetap stabil untuk masa yang akan datang karena ROTI memiliki kebijakan penetapan harga yang flexible dan input cost yang rendah serta beberapa jenis produk baru yang akan keluar. ROTI berencana untuk menambah jenis-jenis produk yang baru pada kuartal 2-2015, sehingga kinerja ROTI diproyeksikan akan semakin bagus dan posisinya di market semakin kuat. Namun, Jennifer memproyeksikan pertumbuhan produksi di pabrik Cikande akan menurun yang akan memperlambat tingkat pertumbuhan ROTI. Ia pun memprediksikan angka pertumbuhan di kisaran 20% untuk tahun 2015 yang merefleksikan adanya tantangan dalam kenaikan harga yang cukup tinggi atau mencapai pertumbuhan volume penjualan. Michael W. Setjoadi merekomendasikan untuk buy dengan target harga di Rp 1.750. Sedangkan Tiara Nursyani merekomendasikan untuk buy di target harga Rp 1.550. Adapun Jennifer F. Yapply merekomendasikan untuk Hold pada target harga Rp 1.200. Harga saham ROTI kemarin ditutup menguat 5,41% menjadi Rp 1.170 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa