Simak proyeksi analis soal kondisi IHSG pasca pilpres 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang dua pekan sebelum pemilihan presiden, perdagangan mingguan bursa dari tanggal 25 Maret 2019 sampai 29 Maret 2019 tercatat melambat. Frekuensi transaksi mingguan di periode tersebut mencapai 410.516 dengan nilai rata-rata transaksi mencapai Rp 8,17 triliun.

Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang, melihat perlambatan ini sebagai sesuatu yang lumrah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang masih abu-abu hingga 17 April 2019 mendatang. “Pasar masih melihat semua hal, termasuk regulasi dan aturan terkait ekonomi yang tidak akan fix pasca pemilu dihelat,” kata Edwin ketika dihubungi Kontan, Kamis, (4/4).

Ketika ditanya mengenai proyeksi bursa pasca pemilu, Edwin menilai kondisi bursa akan mengalami sedikit tekanan bila penantang petahana yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berhasil memenangkan kompetisi pemilu. Tapi kondisi tersebut merupakan hal yang wajar ketika sebuah tampuk kepemimpinan diganti oleh sosok yang baru.


“Setelahnya pasar akan kembali rasional. Bagaimanapun business must go on,” ungkap Edwin.

Ketika ditanya apakah kondisi serupa terjadi saat pemilihan umum 2014, Edwin mengatakan ada konteks yang berbeda. “Waktu itu memang Pak Joko Widodo bisa dibilang orang baru. Tapi ingat, bahwa sebelumnya Pak SBY sudah menjabat selama 2 periode. Market menginginkan perubahan. Dan terbukti dengan momen overshooting bursa pasca kemenangan Jokowi,” tandasnya.

Efek kemenangan Prabowo-Sandi tidak akan sedahsyat kemenangan Jokowi-JK pada 2014 lalu. Sebab, ada kondisi makro yang mengganjal. Isu trade war AS dan China, kekisruhan Brexit, potensi perubahan suku bunga dalam negeri maupun AS, hingga defisit neraca berjalan adalah segelintir isu yang bisa memengaruhi pasar.

Meski begitu, bila pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memenangkan helatan pemilihan presiden, maka beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan pasangan tersebut berpotensi meraup cuan. “Saham-saham emiten yang terafiliasi oleh pasangan calon seperti Saratoga Group, Adaro, dan Bosowa Group berpotensi terdongkrak,” jelas Edwin.

Sedangkan bila Joko Widodo-Maaruf Amin bisa menjadi kampiun dalam gelaran pemilu, maka bukan tidak mungkin kondisi bursa akan bermekaran. “Pasar bisa menikmati bulan madu. IHSG mungkin saja mencuat hingga level 6.720. Tapi itu tidak akan lebih dari satu bulan,” ungkapnya.

Beberapa sektor seperti konstruksi, infrastruktur, perbankan hingga tambang berpotensi kecipratan berkah kemenangan pasangan nomor urut 01 itu. Kondisi itu tak lepas dari potensi Joko Widodo melanjutkan kebijakan ekonomi hingga proyek-proyek infrastruktur yang sepanjang 4,5 tahun ini menjadi prioritas kepemimpinannya.

Edwin menilai emiten-emiten perusahaan properti seperti CTRA, PWON, dan SMCA bisa menuai cuan dengan kemenangan pasangan calon 01. Emiten konstruksi seperti WIKA, PTPP, WSKT dan ADHI juga tak ketinggalan berpotensi terdongkrak lantaran masih memegang kontrak beberapa proyek strategis nasional.

Kebijakan ekonomi yang diproyeksikan berhaluan sama, bisa mendongkrak emiten-emiten seperti BBRI, BBNI, BBCA, dan BMNI. “Tak hanya perbankan, emiten komoditas seperti ANTM, INCO, dan TINS juga berpotensi meraih cuan karena haluan kebijakannya masih sama,” tutup Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi