JAKARTA. Pekan lalu, pelaku pasar asing mencatatkan penjualan Rp 4,9 triliun, yang berarti dana net buy asing selama 2013 sudah habis. Sejumlah analis memperkirakan, aksi jual masih akan menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan ini. Penilaian ini disampaikan oleh analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto. David bilang, berdasarkan data, sejak 2007 sampai kuartal I 2013, ada Rp 144 triliun dana asing masuk ke pasar modal Indonesia. Karena itu, ada banyak dana yang akan dicairkan oleh investor asing, jika benar-benar berniat hengkang dari Indonesia. Namun begitu, kata David, ada tren kedatangan investor asing naik setiap tahunnya.
Selain itu, jika ada banyak pembelian di suatu kuartal, maka asing akan melakukan pengurangan pembelian atau bahkan cenderung keluar di kuartal selanjutnya. "Jika kuartal I 2013 asing melakukan nett buy hingga Rp 18 triliun, maka penjualan selama kuartal II sekitar 20 triliun terlihat wajar,” jelasnya. Tercatat selama kuartal I Q1 2012, asing membeli Rp 10 triliun namun menjual Rp 8 triliun di kuartal II. Jadi, jika kuartal II tahun 2013 asing banyak yang keluar, bukan tidak mungkin akan ada pembelian besar-besaran di kuartal III atau kuartal IV 2013. “Ini seperti yang terjadi di kuartal III tahun 2012," kata David, Minggu (23/6). Selain itu, faktor lain yang menjadi sentimen negatif adalah, pernyataan The Federal Reserve yang membuat market kecewa dan galau di pekan lalu. Pernyataan The Fed membuat pelaku pasar panik dan menjual sahamnya hingga menyebabkan bursa di seluruh dunia anjlok. Karena itu David memperkirakan IHSG masih akan dilanda aksi jual oleh asing dan masih sangat rawan terhadap koreksi selama perdagangan sepekan ke depan. "Volatilitas market akan besar seperti minggu lalu. Tidak dapat dipungkiri ada banyak alasan untuk asing melakukan penyesuaian jumlah portofolionya di Indonesia,” terang David. Ia menambahkan, menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, ancaman inflasi yang cukup tinggi dan masih defisitnya neraca perdagangan menjadi alasan yang cukup kuat untuk mengurangi posisi. “Namun sikap itu bisa berubah jika pada kuartal III kita dapat mengoptimalkan potensi pertumbuhan ekonomi yang kita miliki," ujar David. Senada dengan David, analis Trust Securities Reza Priyambada mengungkapkan, kondisi IHSG sepekan kemarin masih variatif meski sempat mengalami kenaikan. IHSG sepekan turun -245,37 poin (-5,15%) atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang turun -104,58 poin (-2,15%).
Penurunan ini juga terjadi pada indeks utama lainnya dimana indeks LQ45 memimpin penurunan -6,84% dan diikuti indeks IDX30 dan JII yang masing-masing anjlok -6,95% dan -6,80%. Di sisi lain, indeks sektoral ikut memerah dengan penurunan terdalam dialami indeks aneka industri, keuangan, dan manufaktur yang masing-masing terkoreksi -7,52, -6,55%, dan -5,65%. Karena itu Reza memperkirakan pergerakan IHSG selama sepekan ke depan belum memperlihatkan adanya potensi penguatan atau rebound. "Tetapi kami berharap koreksi tidak berkepanjangan, sehingga IHSG masih memiliki peluang memperbaiki laju positifnya," ucap Reza. Reza menyarankan investor untuk mencermati sektor industri dasar, konsumer, infrastruktur, properti, dan perdagangan. Untuk saham-saham yang dapat diperhatikan selama sepekan ke depan, Reza diantaranya merekomendasikan saham
ROTI,
SMGR,
BMTR,
MAPI,
ICBP,
SMCB,
RALS,
JSMR,
CPIN,
AISA,
PGAS,
MAIN,
GJTL,
AKRA,
MLPL,
KLBF,
ASII,
UNVR dan juga MNCN. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri