KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (23/2). Investor selanjutnya menunggu rilis inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) AS untuk menilai gerak rupiah di perdagangan besok, Jumat (24/2). Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong menjelaskan bahwa rupiah menguat oleh koreksi pada dolar AS, walaupun tidak terlalu besar. Saat ini, investor masih wait and see menantikan data inflasi PCE besok. "Seperti halnya dolar AS, rupiah juga didukung oleh serangkaian data kuat seperti neraca perdagangan dan transaksi berjalan, serta optimisme Bank Indonesia dalam usaha menekan inflasi," kata Lukman kepada kontan.co.id, Kamis (22/2).
Hanya saja, Lukman mencermati penguatan rupiah tidak akan berlangsung lama. Rupiah cenderung akan bergerak datar dengan potensi melemah terbatas. "Dengan absennya data domestik, investor mengalihkan perhatian pada data inflasi AS PCE," imbuhnya. Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Kurangi Agresivitas, Rupiah Berpotensi ke Bawah Rp 15.000 Lukman memaparkan, konsensus pasar memperkirakan inflasi core PCE masih akan relatif stabil, naik 0,1 point year on year (YoY) dan turun 0,1 point Month on Month (MoM). Namun, proyeksi kenaikan besar pada spending dari -0,2% menjadi 1,3% dan income dari 0.2% menjadi 1% akan menjadi sorotan penting. Kenaikan pada income dan spending The Fed akan menahan penurunan inflasi. Dihubungi terpisah, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri melihat posisi rupiah masih akan berada di kisaran Rp 15.000 per dolar AS – Rp 15.200 per dolar AS dalam jangka pendek. Pelaku pasar akan mengantisipasi faktor risiko seperti perubahan policy stance dari The Fed. "Perubahan kebijakan akan menimbulkan capital flight dan juga pelemahan perekonomian global," ujar Reny kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).