KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di awal pekan ini. Mengutip
Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,07% ke posisi Rp 16.189 per dolar AS pada Senin (5/8). Sejalan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,49% ke posisi Rp 16.154 per dolar AS. Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS lantaran didukung oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan data Caixin PMI China yang lebih baik dari perkiraan.
Lukman mengatakan, sentimen lainnya datang dari banyaknya investor yang melepas aset berisiko karena adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi global, khususnya AS. Hal tersebut dikhawatirkan membuat The Fed harus memangkas suku bunga secara lebih agresif agar ekonominya bisa tetap pada jalur
soft landing. Baca Juga:
Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 16.189 Per Dolar AS di Hari Ini (5/8) Selain itu, dia menjelaskan sentimen yang membuat pasar saham atau bursa anjlok sedangkan rupiah menguat pada penutupan perdagangan hari ini yaitu, karena di pasar saham terjadi
sell off atau aksi jual yang dipicu oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global, sehingga membalikkan hampir semua penguatan di awal sesi. Dengan begitu, Lukman memproyeksi, pada perdagangan Selasa (6/8) rupiah berpotensi berbalik melemah terhadap dolar AS, apabila sentimen
risk off di pasar saham berlanjut. Lukman memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.150 - Rp 16.300 per dolar AS, pada perdagangan hari ini (6/8). Selaras dengan hal ini, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen yang membuat rupiah menguat datang dari Bank sentral yang diperkirakan berpotensi memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September dan dapat mengakhiri tahun dengan suku bunga turun sebesar 100 basis poin. Selain itu, Ibrahim bilang, sentimen lainnya yakni, data indeks manajer pembelian swasta menunjukkan sektor jasa China tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli. Artinya, memperlihatkan bahwa beberapa aspek ekonomi tetap tangguh meskipun terjadi penurunan aktivitas manufaktur. “Angka tersebut membantu meningkatkan sentimen terhadap China, yang selama ini menjadi titik lemah utama bagi komoditas, yang merupakan ketahanan dalam perekonomian,” kata Ibrahim dalam riset hariannya, Senin (5/8). Sementara itu, Ibrahim bilang, sentimen dari dalam negeri yakni, ekonomi Indonesia yang berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 5.536,5 triliun. Baca Juga:
Dolar AS Melemah Tajam, Ini Mata Uang yang Layak Dipantau Sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 3.231 triliun. Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada kuartal II/2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar. Selain itu, dia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi juga ditampung oleh lapangan usaha konstruksi dengan sumber pertumbuhan 0,67%, perdagangan dengan sumber pertumbuhan 0,63%, serta informasi dan komunikasi dengan sumber pertumbuhan 0,5%. Dengan faktor-faktor tersebut, Ibrahim memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.140 - Rp 16.210 per dolar AS, pada hari ini (6/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari