KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah akan memasuki babak baru usai libur panjang Lebaran. Namun, langkah pertama rupiah berpotensi tak akan mulus di tengah tekanan eksternal dan internal. Sekedar mengingatkan, sebelum libur Lebaran, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.562 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, selama libur Lebaran, pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) tertekan. Di mana, rupiah sempat cetak posisi terburuknya sepanjang masa saat ditutup di posisi Rp 16.746 per dolar AS pada Kamis (3/4).
Untungnya, pada Jumat (4/4) rupiah berhasil menguat dan ditutup di level Rp 16.653 per dolar AS. Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, volatilitas rupiah di pasar NDF masih akan berlanjut di pasar spot di awal pekan ini. Baca Juga: Kurs Rupiah Tembus Rp 17.000 Per Dolar AS di Pasar NDF, Ini Sebabnya “Volatile pastinya. Walau indeks dolar AS sendiri turun, namun rupiah juga masih terbebani sentimen domestik yang lemah,” ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/4). Di samping itu, peluncuran kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dinilai menjadi faktor pendorong utama melemahnya rupiah. Kata Lukman, tidak ada sentimen positif yang bisa mengerek naik nilai rupiah selama tidak ada perubahan terkait kebijakan tarif AS. Bahkan data inflasi Indonesia atau AS sekalipun. “Walau merupakan data penting, namun dampaknya tidak akan besar karena investor lebih fokus pada trade war,” pungkasnya.