KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah Jisdor melemah 0,04% ke Rp 15.803 per dolar AS pada hari ini, Rabu (31/1). Bahkan, kurs rupiah Jisdor melemah 2,36% sepanjang Januari dari posisi Rp 15.439 per dolar AS pada 29 Desember 2023. Sedangkan di pasar spot, kurs rupiah spot melemah tipis 0,02% ke Rp 15.783 per dolar AS pada Rabu (31/1) dari posisi kemarin di Rp 15.780 per dolar AS. Sepanjang Januari 2024, kurs rupiah spot melemah 2,49% dari posisi Rp 15.399 per dolar AS pada akhir Desember 2023. Rupiah mencatat pelemahan bulanan paling dalam sejak Oktober 2023. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah akan tergantung pada hasil FOMC malam ini. Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan bernada
hawkish menyusul serentetan data ekonomi AS yg lebih kuat.
“Hal ini akan bisa menekan rupiah. Namun apabila the Fed bernada
dovish, rupiah mungkin akan menguat,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1).
Baca Juga: Pergerakan Rupiah pada Kamis (1/2) Bergantung dari Sikap The Fed Namun, Lukman menilai bahwa penguatan tersebut akan terbatas, mengingat investor masih mengkhawatirkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang selama ini menekan rupiah. “Investor juga akan mengantisipasi data manufaktur PMI dan data inflasi Indonesia yang akan dirilis pagi dan siang besok,” kata dia. Untuk itu, Lukman memproyeksikan rupiah pada esok hari, Kamis (1/2) akan bergerak di rentang Rp 15.750 per dolar AS-Rp 15.900 per dolar AS. Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan besok Kamis (1/2), akan fluktuatif tetapi ditutup
melemah di rentang Rp. 15.760 per dolar AS
-Rp. 15.840 per dolar AS. Ibrahim menjelaskan, sentimen dari global yakni Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah dari hari Rabu (31/1), dan investor akan fokus pada petunjuk dari Ketua Fed Jerome Powell mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Maret.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 2,36% ke Rp 15.803 per Dolar AS Sepanjang Januari 2024 “Data ekonomi AS yang solid telah membuat para pedagang mengurangi perkiraan pemangkasan suku bunga pada bulan Maret menjadi 42%, dari sekitar 89% pada bulan lalu, menurut FedWatch Tool milik CME Group,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1). Ibrahim juga memperkirakan, penurunan suku bunga pertama The Fed akan bertujuan untuk mencegah kesenjangan yang terlalu lebar antara inflasi dan suku bunga The Fed, karena hal ini akan memperketat kondisi keuangan lebih dari yang direncanakan oleh The Fed. “Imbal hasil Treasury turun dan dolar melemah setelah Powell pada bulan Desember mengindikasikan bahwa The Fed beralih ke siklus pelonggaran,” ujarnya. Sementara untuk sentimen dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional (IMF) kembali mempertahankan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2023 dan 2024, yakni tetap di angka 5%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari IMF diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI. Sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini di 5,2%.
Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Melemah 2,49% ke Rp 15.783 per Dolar AS Sepanjang Januari 2024 Sebelumnya, IMF telah meramalkan ekonomi RI akan mampu tumbuh seperti harapan pemerintah, meski proyeksi ekonomi global dari berbagai lembaga terus dipangkas. Di samping itu, dia menyebutkan bahwa pada Januari 2024 pula IMF merevisi ke atas prospek ekonomi global 2024, dari 2,9% menjadi 3,1%. Banyak negara yang terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang semakin cepat di negara-negara besar di Asia Tenggara. “Sementara negara mitra dagang Indonesia lainnya, yakni China, masih diproyeksikan akan tumbuh melambat, di mana konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas,” kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati