Simak Proyeksi Rupiah untuk Perdagangan Rabu (12/10)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah melanjutkan tren pelemahan pada akhir perdagangan Selasa (11/10). Kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.358 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,26% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 15.318 per dolar AS. 

Senada, rupiah di Jisdor Bank Indonesia berada di level Rp 15.362 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini membuat rupiah Jisdor melemah 0,41% dibanding hari sebelumnya di Rp 15.299 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pergerakan rupiah pada hari ini cenderung melemah akibat sentimen risk-off, yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. 


Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah Pada Rabu (12/10), Berikut Sentimennya

"Salah satu sumber kekhawatiran ini adalah pernyataan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang memperingatkan tentang risiko resesi akibat perlambatan ekonomi negara-negara maju," ucap Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (11/10). 

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menyebutkan, pelemahan rupiah menunjukkan bahwa rupiah sudah membuka zona baru yang kemungkinan masih akan berlanjut melemah pada hari-hari berikutnya.

Hal ini didasarkan faktor eksternal yang menyebabkan rupiah melemah ketika indeks dolar terus menunjukkan penguatan seiring meningkatnya safe haven karena pasar sudah melihat kondisi geopolitik di Rusia maupun Semenanjung Korea yang semakin memanas.

Meskipun inflasi AS dinilai terkendali, namun langkah-langkah pengetatan inflasi dinilai masih akan agresif. Sehingga, dapat menjadi penentu The Fed memutuskan kebijakan suku bunga mencapai 4% pada awal November 2022.

Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Spot Ditutup Melemah Rp 15.358 Per Dolar AS Hari Ini (11/10)

Faktor ini menjadi pertimbangan Nanang untuk rupiah diperkirakan akan berada pada rentang harga Rp 15.320- Rp 15.400 per dolar AS.

Sedangkan, Josua mencermati pelemahan rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 15.325- Rp 15.425 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi