Simak rekomendasi analis bagi prospek kinerja dan saham CTRA di 2019



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan pendapatan sebesar Rp 7,7 triliun di akhir 2018 atau naik 19% dari Rp 6,44 triliun di akhir 2017. Sementara laba bersih meningkat 32% dari Rp 894,35 miliar menuju Rp 1,18 triliun di akhir 2018.

Analis Indopremier Sekuritas Joey Faustian dan Laura Oei mengungkapkan bahwa walaupun financing cost naik 33% year on year (YoY) sebesar Rp 732 miliar di akhir 2018, namun CTRA juga menorehkan perbaikan marjin di semua lini karena sukses menekan beban pokok penjualan ( COGS ) yang hanya tumbuh 17%. "Selain itu, CTRA juga mampu menekan beban lain-lain sebesar Rp 271 miliar atau turun 14 persen YoY," ujar mereka dalam riset, Senin (1/1).

Sedangkan secara triwulanan (QoQ), CTRA membukukan laba bersih Rp 606 miliar pada kuartal IV 2018 atau naik 50% QoQ dan naik 85% YoY jika dibandingkan dengan periode triwulan yang sama di tahun sebelumnya.


"Kinerja triwulan ini juga yang terbaik, yang belum terlihat sebelumnya. Kinerja triwulanan yang kuat terutama ditopang oleh pengakuan dari proyek dengan marjin tinggi seperti Citraland Surabaya," lanjut Joey dan Laura.

Mereka pun memproyeksikan marketing sales CTRA akan mencapai Rp 6 triliun pada akhir 2019 atau turun 5 persen (YoY). "Alasannya karena CTRA berencana meluncukan 3 proyek baru yang diperkirakan pada semester kedua 2019 (2H19) yaitu perumahan di Puri, Apartemen di Ciracas dan Township di Sentul (kerja sama dengan Cendana Family). Tiga proyek baru tersebut berlokasi di sekitar 5 menit dekat stasiun LRT," papar Joey dan Laura.

Lebih lanjut mereka mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, CTRA juga akan mempromosikan strategi baru dengan fokus pada keterjangkauan disertai semua proyek menyasar target end user customer dengan rentang harga Rp 320 juta hingga Rp 2 miliar.

Selain itu, mereka memperkirakan proyek Ciputra Maja akan mengulang sukses tahun 2018 dengan marketing sales sebesar Rp 1 triliun pada akhir 2019 atau naik 11% YoY. Hal tersebut, seiring dengan rencana pemerintah menaikkan batas gaji dan skema harga subsidi per unit rumah. "Perumahan Maja menggenggam potensi sangat besar karena hanya township tersebut yang dapat menangkap rencana pemerintah," ujar Joey dan Laura.

Asal tahu saja, pemerintah berencana menaikkan batas gaji dalam skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaaan Perumahan ( FLPP ) menjadi Rp 7 juta hingga Rp 8 juta per bulan dari sebelumnya Rp 4 juta.

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga berencana untuk menaikkan batas harga unit rumah FLPP menjadi Rp 280 juta dari sebelumnya Rp 205 juta. "Hal ini akan membuat perumahan di Citra Maja (harga rata-rata Rp245 juta) memenuhi syarat program tersebut," tambah Joey dan Laura.

Dari sisi valuasi, mereka bilang mengingat kinerja CTRA di akhir 2018 yang lebih kuat dari ekspektasi, maka Indopremier menaikkan proyeksi laba bersih untuk 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 4?n 5% dibanding pencapaian di akhir 2018. Hal ini seiring dengan target marketing sales Rp 6 triliun di 2019 dan Rp 6,7 triliun di 2020 dari sebelumnya Rp 5,7 triliun dan Rp 6,5 triliun.

Maka dari sisi saham, Joey dan Laura mempertahankan rekomendasi Buy atas saham CTRA dengan target price (TP) di level Rp 1.400 per saham karena CTRA tetap salah satu dari 4 saham pilihan di sektor properti residensial mengingat neraca keuangannya yang sehat serta portofolionya terdiversifikasi di 33 lokasi di seluruh Indonesia.

"Saham CTRA saat ini ditransaksikan dengan diskon 73% terhadap estimasi RNAV atau PER pada 2019 sebesar 18,4 kali," tutup mereka. Pada akhir perdagangan Jumat (5/4), saham CTRA masih belum bergerak dari level Rp 1.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini