Simak rekomendasi analis terhadap prospek saham Kapuas Prima (ZINC) pasca stock split



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) melakukan aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5 sejak Kamis, 4 April 2019. Dengan begitu, nominal sahamnya berubah dari Rp 100 menjadi Rp 20 per lembar saham. 

Jumlah saham yang beredar pun meningkat, dari 5,05 juta saham menjadi 25,25 juta saham. Sebelumnya, Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal Hendra Susanto William mengatakan, langkah stock split ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham, menurunkan risiko investasi, dan menarik minat para investor.

Di samping itu, harga saham ZINC juga meningkat signifikan. Sejak awal tahun 2019 hingga saat ini atau secara year to date (ytd), harga saham ZINC naik 81,25%. Hingga penutupan perdagangan Senin (8/4), nilai sahamnya adalah sebesar Rp 580.


Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe menilai, harga saham ZINC saat ini masih tergolong murah. Pasalnya, ia memprediksi harga saham perusahaan ini bisa menyentuh angka Rp 800 sampai akhir 2019. Mengingat, bakal ada smelter timbal yang mulai beroperasi pada tahun ini. 

“Kalau ada smelter lebih bagus lagi jadi hasil produksinya sudah dalam bentuk batangan. Dari segi keuntungan bisa nambah lagi,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/4).

Ditambah lagi, pada 2019, emiten ini memasang target produksi hingga 450.000 ton ore. Angka ini naik 28,57% dari realisasi tahun lalu yang sebesar 350.000 ton ore.

Di samping itu, menurut Kiswoyo, harga komoditas ini juga cenderung naik karena hasil produksi ZINC termasuk ke dalam jenis mineral yang langka. Asal tahu saja, ZINC memproduksi konsentrat timbal (Pb), zinc (Zn), dan perak (Ag).

Prediksi kenaikan harga saham tersebut juga berdasarkan pendapatan dan laba bersih per 2018 yang naik signifikan. Per tahun lalu, pendapatan ZINC adalah sebesar Rp 754,55 miliar dengan laba bersih mencapai Rp 110,15 miliar.

“Seharusnya pada 2019, pendapatan dan laba bersihnya bisa lebih tinggi lagi,” ucap dia. Memang, hingga akhir 2019, perusahaan ini menargetkan pendapatannya bisa mencapai Rp 1,4 triliun degan laba bersih Rp 210 miliar.

Meskipun begitu, Kiswoyo merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu jika mau membeli saham ZINC. “Investor kalau ada koreksi dalam satu dua hari itu masuk saja. Kisarannya saya belum lihat. Seharusnya dalam dua hari ini bisa pada beli,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi