Simak Rekomendasi Analis Terhadap Saham Emiten Konstruksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi tercatat masih bervariasi per kuartal III 2024 lantaran masih menemui sejumlah tantangan.

Sejumlah emiten tercatat membukukan kenaikan pendapatan dan laba di sembilan bulan pertama tahun 2024 ini, seperti PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).

TOTL mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 2,22 triliun per kuartal III 2024. Raihan ini naik 6,88% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 2,07 triliun per kuartal III 2023.


Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 180,33 miliar di akhir kuartal III 2024, naik 64,56% YoY dari Rp 109,58 miliar.

Per Oktober 2024, TOTL juga meraih perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 4,4 triliun.

Baca Juga: Nilai Sinergi GOTO dan TLKM Berpotensi Terus Meningkat, Begini Kata Analis

“Kenaikan atas pendapatan dan laba ini dipengaruhi oleh kenaikan kontrak baru yang didapat di tahun 2023 lalu, serta adanya efisiensi dan optimalisasi atas beban operasional di setiap proyek yang sedang berjalan,” ujar Sekretaris Perusahaan TOTL, Anggie S. Sidharta kepada Kontan, Selasa (5/11).

Lalu, NRCA mengantongi pendapatan Rp 2,53 triliun per kuartal III 2024, naik 26,62% YoY dari Rp 2 triliun pada kuartal III 2023. Laba bersih tercatat sebesar Rp 84,71 miliar, naik 3,02% YoY dari Rp 82,22 miliar pada periode sama tahun lalu.

VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, Erlin Budiman mengatakan, NRCA membukukan kontrak baru sebesar Rp 3,11 triliun per kuartal III 2024. Raihan ini naik 35,8% YoY dibandingkan dengan kontrak baru yang diperoleh pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,29 triliun.

Proyek utama yang diperoleh pada kuartal III 2024 adalah RS Mayapada IKN Kalimantan Timur, Hampton Square South Tangerang, JSI Hotel Megamendung Bogor, Daimler Cikarang Bekasi, Ellipse Project SAS Phase-1 Karawang, dan Dipo Center Jakarta.

Lalu, Infrastruktur Subang Smartpolitan Paket 2, Shopping Arcade Town Center 3 Kota Baru Parahyangan Padalarang Bandung, Tempo Logistik Bekasi, Design & Build Housing Townsite West Nusa Tenggara, dan Condotel Cihampelas Walk Bandung.

“Kemudian, Creativo Bintaro Tangerang, Mayapada Hospital East Jakarta, Hotel Oakwood Slipi Jakarta, dan Renovasi Melia Hotel Bali,” ujarnya dalam keterangan resmi di lama Bursa Efek Indonesia (BEI).

Baca Juga: IHSG Menguat 0,17% ke 7.491 Pada Selasa (5/11), INDF, AKRA, ANTM Top Gainers LQ45

Di sisi lain, PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan penurunan kinerja di kuartal III 2024.

JKON mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 2,49 triliun per kuartal III 2024, turun 14,36% YoY dari Rp 2,91 triliun pada periode sama tahun lalu. Laba bersih JKON pun merosot 1,21% YoY ke Rp 87,59 miliar di akhir kuartal III 2024.

Sementara, ACST mengantongi pendapatan bersih Rp 2,11 triliun per kuartal III 2024, naik 33,56% YoY dari Rp 1,58 triliun per kuartal III tahun lalu. 

Namun, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan rugi bersih Rp 286,07 miliar per 30 September 2024. Rugi tersebut bertambah 89,16% YoY dari rugi bersih Rp 151,22 miliar pada periode sama tahun lalu.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja emiten konstruksi swasta dipengaruhi oleh seberapa tinggi komitmen mereka dalam mencari raihan kontrak baru.

“Jika tingkat partisipasi ke dalam berbagai proyek yang dipercayakan, baik itu dari pemerintah maupun dari pihak swasta lainnya, harus bisa ditingkatkan. Hal itu yang paling esensial untuk meningkatkan kinerja mereka,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (5/11).

Nafan pun belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten konstruksi swasta.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia,Sukarno Alatas mengamati, kinerja emiten konstruksi swasta per kuartal III 2023 masih bervariasi. 

Kinerja ACST yang masih melanjutkan kerugian disebabkan karena emiten belum ada pemulihan perolehan kontrak.

“Sebaliknya emiten yang kinerjanya naik didorong oleh adanya perolehan kontrak yang berhasil tumbuh per periode ini,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (5/11).

Baca Juga: Pantau 3 Emiten Bank LQ45 yang Menghijau pada Akhir Bursa Hari Selasa (5/11)

Bagi emiten dengan kinerja baik per kuartal III 2024, seperti TOTL dan NRCA, dilihat Sukarno masih bisa melanjutkan kinerja positif hingga akhir tahun 2024 dan bahkan di tahun 2025.

Sementara, kinerja emiten konstruksi swasta yang masih negatif per September 2024 diperkirakan kinerjanya akan semakin terpuruk, setidaknya hingga akhir tahun ini.

“Sentimen positif untuk emiten konstruksi swasta ke depannya adalah potensi penurunan suku bunga. Sedangkan, sentimen negatif untuk mereka adalah kenaikan bahan baku, seperti harga baja yang sedang naik dalam beberapa bulan terakhir,” ungkapnya.

Kinerja saham para emiten konstruksi swasta mayoritas tercatat menurun dalam perdagangan sehari terakhir.

Melansir RTI, kinerja saham TOTL tercatat turun 0,69% dalam sehari, tetapi sudah naik 91,49% sejak awal tahun alias year to date (YtD). Saham NRCA turun 0,47% dalam sehari, tetapi menguat 28,92% YtD.

Saham ACST turun 2,88% dalam sehari dan merosot 25,74% YtD. Sementara, saham JKON tak bergerak dalam perdagangan sehari terakhir, tetapi mengalami kenaikan 4,49% YtD.

Menurut Sukarno, kondisi itu bisa mencerminkan kinerja operasional para emiten secara keseluruhan. 

“Ke depannya, untuk harga saham emiten yang sudah naik tinggi tetapi mengalami penurunan kinerja atau bahkan kinerja negatif per kuartal III 2024, diperkirakan pergerakan akan cenderung mengalami atau melanjutkan pelemahan,” paparnya.

Sukarno pun merekomendasikan wait and see untuk ACST, TOTL, NRCA, dan JKON dengan target harga masing-masing Rp 91 per saham, Rp 690 per saham, Rp 440 per saham, dan Rp 100 per saham.

Baca Juga: IHSG Turun 0,27% ke 7.459 di Sesi I Selasa (5/11), ADRO, AKRA, ADMR Top Gainers LQ45

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham TOTL ada di wilayah support Rp 710 per saham dan resistance Rp 780 per saham dengan tren menguat, namun mengalami koreksi yang terbatas.

“Selama pelemahan terjadi dan volume perdagangan ikut menurun, indikasinya karena jenuh akibat aksi jual,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (5/11). 

Sementara, pergerakan saham NRCA dilihat William ada di level support Rp 428 per saham dan resistance Rp 454 dengan tren menguat.

“Posisi candlestick menguat konsisten di atas MA5, dengan strong uptrend,” paparnya.

William pun merekomendasikan beli untuk TOTL dan NRCA dengan target harga masing-masing di Rp 780 per saham dan Rp 454 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .