KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban avtur dan beban leasing pesawat jadi salah satu penyumbang terbesar total pengeluaran. Maskapai penerbangan telah menyiasati tekanan dengan kenaikan harga tiket dan tarif kargo. Tapi, rencana ini masih ditentang berbagai pihak. Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengatakan, bahwa kenaikan harga tiket dan kargo tak berpengaruh bagi jumlah penumpang pesawat sejumlah emiten penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (
GIAA) dan PT Airasia Indonesia Tbk (
CMPP). "Sebenarnya harga yang naik bukan hanya Garuda Indonesia dan Airasia, tapi semua maskapai. Ini salah satu inisiatif dari asosiasi INACA. Selain itu, kenaikan harga ini justru berdampak positif terhadap kinerja maskapai-maskapai tersebut," ujarnya, Senin (11/2).
Selanjutnya ia juga mengungkapkan bahwa dengan harga tiket yang lebih tinggi, otomatis dari kualitas juga bisa ditingkatkan. "Hal ini sejalan dengan permintaan pemerintah supaya harga avtur yang dijual Pertamina bisa lebih murah. Dengan harga avtur yang lebih murah, maka maskapai juga bisa menekan biaya dari bahan bakar sehingga margin laba akan membaik," tambahnya. Namun sayangnya dari sisi saham, ia belum bisa memberikan rekomendasi lantaran belum menyiapkan update reportnya. Sementara itu, analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menyatakan bahwa dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, maka transportasi udara sudah menjadi sebuah kebutuhan. "Jadi, keputusan naik atau tidak setelah ada kenaikan harga tiket dan kargo, tentu kembali kepada kebutuhan calon penumpang. Mungkin hal ini akan berdampak pada calon penumpang yang berencana menggunakan pesawat untuk tujuan liburan," paparnya. Selanjutnya soal prospek kinerja GIAA dan CMPP di tahun 2019 ini, Valdy bilang akan cukup prospektif dengan adanya penambahan sejumlah rute baru dan armada pesawat. "Tapi untuk penambahan rute baru harus dilihat lagi perkembangan okupansinya. Umumnya maskapai membuka rute baru karena memang ada potensi penumpang yang cukup besar di rute tersebut sehingga secara umum harusnya positif bagi maskapai. Tapi, banyak hal yang mempengaruhi kinerja, bukan hanya rute tersebut okupansinya tinggi atau tidak, tapi juga seberapa efisien dan efektif rute tersebut," katanya. Sementara dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk beli saham GIAA. "
Buy on support di kisaran Rp 400 hingga Rp 450 per saham, dengan target jangka pendek di level Rp 550 per saham dan jangka panjang di level Rp 600 hingga Rp 650 per saham," imbuhnya. Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga ikut berpendapat bahwa kenaikan harga tiket dan kargo tidak akan mengurangi niat para penumpang untuk naik pesawat milik Garuda Indonesia maupun Airasia. "Mereka akan tetap naik, harga tiket juga selalu naik di luar alasan beban ini. Jadi pastinya penumpang tetap mau naik," jelasnya.
Sementara soal penambahan armada, ia bilang akan berpotensi menambah beban. "Tapi karena disertai dengan penambahan rute dan kalau rutenya memungkinkan frekuensi penerbangan tinggi dan ramai dikunjungi, saya kira bisa menyeimbangkan beban operasional," tambahnya. Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk beli saham GIAA dan CMPP di jangka pendek. "Boleh koleksi GIAA dengan target harga Rp 500 hingga Rp 600 per saham dan untuk CMPP boleh koleksi dengan target harga di level Rp 270 hingga Rp 300 per saham," tutupnya. Pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham GIAA dan CMPP masing-masing turun 5,69% dan 3,05% ke level Rp 464 per saham dan Rp 254 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto