KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pada musim mudik Lebaran tahun ini, minat masyarakat menggunakan tol cukup tinggi. Harga tiket pesawat terbang yang membumbung, membaiknya layanan penyeberangan Merak-Bakauheni, serta beroperasinya Tol Trans Jawa dan sebagian Tol Trans Sumatera menjadi alasan mengapa publik lebih memilih mudik dengan moda darat, terutama dengan menggunakan kendaraan pribadi. Catatan Kementerian Perhubungan menunjukkan, pengguna jalan tol dalam arus mudik dan arus balik Idul Fitri 2019 naik 63,5% dengan jumlah kendaraan 451.104 unit dibandingkan arus mudik Lebaran tahun 2018. Sayangnya, kontribusi musim mudik Lebaran 2019 terhadap pendapatan operator jalan tol tidak terlalu signifikan. Paling tidak, hal ini dirasakan PT Jasa Marga Tbk. Emiten dengan kode saham JSMR ini mencatat, persentase pendapatan pada saat arus mudik dan arus balik Lebaran 2019 kontribusinya tak sampai dua digit terhadap total pendapatan perseroan.
Menurut, M. Agus Setiawan, Sekretaris Perusahaan Jasa Marga, pada setiap musim mudik Lebaran pendapatan perseroan memang naik. Tapi tahun ini persentasenya tidak terlalu besar, ujar nya. Sejumlah analis menilai hal tersebut wajar saja. Pasalnya, JSMR memberlakukan diskon tarif kepada pengguna jalan di seluruh ruas tol miliknya. Diskon tersebut diberikan sebesar 15% pada arus mudik 27 Mei-29 Mei 2019 dan pada arus balik 10 Juni-12 Juni 2019. Lalu, bagaimana proyeksi analis terhadap pergerakan saham JSMR ke depan? Apa saja sentimen yang bisa mempengaruhi laju harga saham JSMR? Simak ulasan dua analis berikut ini. Beli Dalam jangka panjang, pergerakan saham Jasa Marga masih berpotensi naik. Sebab, pemerintah masih fokus menggenjot pembangunan infrastruktur, salah satunya jalan tol. Nah, proyek tol yang sudah jadi tentu akan menambah lalu lintas kendaraan di jalan tol. Hal ini jadi sentimen positif bagi kinerja Jasa Marga. Memang, dalam jangka pendek pembangunan jalan tol yang dilakukan JSMR di beberapa ruas akan menjadi beban perseroan. Tapi, untuk jangka panjang pembangunan tol itu akan berubah menjadi pendapatan yang menghasilkan keuntungan. Karena, demand terhadap jalan tol masih akan tetap tinggi. Hal itu bisa dilihat dari terus tumbuhnya penjualan kendaraan roda empat di Indonesia. Untuk itu, Jasa Marga harus bisa menyesuaikan demand masyarakat dengan menambah proyek-proyek baru jalan tol. Jika JSMR tidak melakukan pembangunan tol, maka roda bisnis perseroan akan stagnan. Selain itu, kebutuhan akan infrastruktur bukan hanya dibutuhkan masyarakat kota besar saja, seperti di Jawa. Masyarakat di luar Jawa juga memiliki kebutuhan serupa. Itu sebabnya, JSMR juga harus membangun jalan tol di luar Jawa. Saya tidak melihat kinerja Jasa Marga pada kuartal I-2019 yang mencatat kenaikan tipis pada pos laba bersih sebagai tantangan. Sangat wajar jika pada periode tersebut kinerja JSMR belum tumbuh secara signifikan. Sebab, biasanya pada periode akhir tahun hingga awal tahun berikutnya, banyak angkutan di luar moda transportasi darat yang menjalankan program promo harga tiket. Misalnya, diskon harga tiket pesawat dan kereta api. Situasi ini juga mempengaruhi pendapatan JSMR pada periode tersebut. Kenaikan tarif tol Tapi, yang perlu diingat, pemerintah memiliki kebijakan di mana operator tol boleh menyesuaikan tarif tol setiap dua tahun sekali. Nah, jika pada tahun ini ada penyesuaian tarif tol, pendapatan dan laba bersih JSMR bisa tumbuh dibanding 2018. Jika tidak, maka kinerja JSMR tahun ini tidak berbeda jauh dari 2018. Pada 2018, pendapatan JSMR naik 5,35% secara year on year (yoy) menjadi Rp 36,97 triliun. Adapun laba bersih JSMR pada 2018 naik 0,11% secara yoy jadi Rp 2,20 triliun. Untuk itu, saya merekomendasikan buy saham JSMR dengan target harga Rp 6.100 dan target jangka panjang di atas Rp 7.000 per saham. William Surya Wijaya Analis Indosurya Sekuritas Tahan Masih banyak tantangan yang akan dihadapi Jasa Marga pada tahun ini. Salah satunya adalah risiko operating loss dari sejumlah proyek yang digarap Jasa Marga di sepanjang tahun 2019. Misalnya, ada beberapa proyek jalan tol yang baru diresmikan oleh Jasa Marga tahun ini. Dengan adanya tol baru yang beroperasi, tentu jumlah lalu lintas (traffic) jalan tol akan meningkat. Yang perlu diingat, traffic ialah salah satu growth factor untuk operator tol. Tapi, di saat high capex period dan banyaknya jalan tol yang baru beroperasi, net profit JSMR akan tertekan karena meningkatnya interest expense. Strategi Jasa Marga Hal itu tidak terlepas dari masih minimnya kendaraan yang melintas di jalan tol baru tersebut. Selain itu, belum maksimalnya konektivitas antara jalan tol dengan jalan non-tol di sekitarnya juga dapat menghambat keuntungan operasional bagi JSMR. Nah, strategi JSMR untuk menekan biaya tadi, antara lain, dengan menerbitkan KIK EBA, KIK Dinfra dan divestasi kepemilikan JSMR di beberapa ruas tol. Ini strategi Jasa Marga untuk mengendalikan ratio utangnya. Memang, ada momen mudik Lebaran tahun ini yang bisa menggenjot revenue JSMR. Jika dibandingkan arus mudik Lebaran tahun lalu, jumlah traffic kendaraan yang melintasi jalan tol pada periode Lebaran tahun ini meningkat. Tapi, kondisi itu tidak bisa dinikmati JSMR sepenuhnya. Hal itu disebabkan adanya program potongan harga (diskon) yang diberlakukan operator jalan tol tersebut. Pada musim mudik Lebaran tahun ini, JSMR memberikan diskon tarif sebesar 15% kepada pengguna jalan di seluruh ruas tol. Akan tetapi, dengan beberapa effort yang dilakukan JSMR dalam mengoptimalkan financing-nya, saya masih menilai positif kinerja perseroan, terutama dalam menjaga leverage ratio. Ini merupakan suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Di sisi lain, jika JSMR mampu merampungkan beberapa ruas tol yang dibangun, hal ini bisa memberikan sentimen positif bagi perusahaan, karena investor akan melihat gearing ratio perusahaan akan terjaga.
Untuk itu, saya merekomendasi hold saham JSMR dengan target harga Rp 6.000 per saham. Pada Kamis pekan lalu (20/6), saham JSMR ditutup Rp 6.050 per saham. Fahressi Fahalmesta Analis Ciptadana Sekuritas Asia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan