KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal I-2019, pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu mencatatkan kinerja yang positif dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,33%. Kenaikan yang kurang lebih sama juga terjadi pada Indeks Kompas100. Mengutip
Bloomberg, Senin (29/4) jawara indeks Kompas100
year to date (ytd) sudah mencatatkan kenaikan sebesar 3,4% kenaikan tertinggi yang berada di 5 teratas adalah PT Timah (TINS) return 75,5%, Barito Pacific (BRPT) menguat 70,29%, Global Mediacom (BMTR) dengan return 70,25%, Wijaya Karya Beton (WTON) dengan return 70,21%, dan Puradelta Lestari (DMAS) dengan return 63,52%. Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan kenaikan ini dipengaruhi oleh sentimen positif pemilu dan faktor fundamental mayoritas yang mengalami pertumbuhan.
“Sektor perbankan yang memiliki bobot terbesar menghasilkan laba bersih kuartal I 2019 dengan rata-rata tumbuh 13,45% ytd,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/4). Adapun sektor lain yang tercatat tumbuh yakni, sektor
consumer goods tumbuh 6,09% ytd dilanjutkan sektor infrastruktur,
utility & transportasi naik 1,93% ytd. Kemudian industri dasar tumbuh 13,74% ytd, aneka industri naik 61% ytd, dan
mining tumbuh 14% ytd. “Selain faktor fundamental faktor teknikal juga mendukung karena tahun pemilu menjadi sentimen positif untuk saham yang berada indeks kompas100 ini,” jelasnya. Menurut Sukarno, harga saham jawara Kompas100 ini berpeluang melanjutkan penguatan ke depannya. Tapi untuk saham yang sudah mengalami kenaikan signifikan diharapkan hati-hati jika ada sinyal transisi bisa melakukan
profit taking terlebih dahulu. Melihat valuasinya saat ini Soekarno menjelaskan masih tergolong murah. Jika dilihat dari
current PE indeks berada di 17,8 kali masih di bawah rata-rata 19,3 kali. Adapun
Price Book Value (PBV) di 2,5 kali yang berada di bawah rata-rata 2,7 kali. Analis Invofesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan jawara saham di Indeks Kompas100 dengan pertumbuhan tertinggi adalah saham emiten TINS dan BRPT yang masing masing mengalami kenaikan melebihi 72% yakni 72,85% dan 72,38%. “Kenaikan yang cukup signifikan pada BRPT didorong oleh sentimen positif dari fokus perusahaan pada bisnis inti yakni petrokimia dan pembangkit listrik energi terbarukan,” ujarnya. Sedangkan kinerja positif emiten TINS didorong oleh faktor fundamental karena telah membukukan kinerja keuangan yang solid dengan mencetak kenaikan pendapatan dan laba. Secara rekomendasi, investor masih dapat mengharapkan kenaikan saham TINS di sepanjang tahun. Mengingat kinerjanya yang diperkirakan masih solid di tengah prospek sektor pertambangan yang mengalami koreksi karena harga timah mengalami peningkatan sejak awal tahun. TINS juga diuntungkan dengan larangan kepada tambang ilegal yang akan berdampak positif kepada peningkatan produksi serta volume ekspor timah. Selain itu, pada saat yang sama TINS turut menjaga ketahanan dengan menambah cadangan timah. Adapun kinerja BRPT di sepanjang tahun tidak terlepas dari beberapa aksi korporasi seperti akuisisi Star Energy serta divestasi pada segmen
non-core business. Dana hasil divestasi digunakan untuk investasi pada dua bisnis inti yakni petrokimia serta pembangkit listrik atau geothermal dan mengurangi beban bunga. “Ekspansi BRPT pada sektor kelistrikan turut membantu kinerjanya mengingat dapat memberikan income dengan margin yang baik,” jelas Wawan. Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe yang lebih menyoroti emiten BRPT karena secara bisnis lebih stabil. “BRPT propspek ke depan masih bagus, karena bisnisnya dua kaki di sektor petrokimia dan geothermal,” jelasnya. Menurut Kiswoyo, petrokimia sudah juaranya di Indonesia karena kebutuhan dalam negeri masih kurang. Sehingga jika berbicara prospek tidak terbatas, kebutuhan lebih tinggi dari produksinya. Kalaupun ada gejolak harga bisa dipengaruhi harga minyak bumi. Selain itu, bisnis geothermal nya di Star Energy yang akan menyeimbangkannya. Wawan menjelaskan seiring dengan kenaikan saham BRPT yang signifikan di sepanjang tahun membuat valuasi emiten menjadi kurang atraktif. Wawan menyarankan investor untuk melepas saham bila telah mengantongi keuntungan atau menunggu penurunan harga untuk mulai melakukan pembelian
“TINS target harga dulu Rp 1.300 an, tapi sekarang sudah di atas target. Bagi yang sudah pegang dari awal tahun memang rekomendasi
profit taking dulu,” terangnya. Begitu juga dengan yang dikatakan Sukarno tentang penurunan harga timah hingga 7% bulan ini. Koleksi jangka panjang masih aman. Menurutnya, valuasi harganya masih murah bila dilihat dari PE saat ini di 17,5 kali di bawah rata-rata industri di 42 kali, P/S di 0,91 kali di bawah rata-rata 4 kali. Wawan merekomendasikan
buy on weakness TINS bila dengan target harga Rp 1.250. Sedangkan Sukarno merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 1.260. Sedangkan untuk BRPT Kiswoyo rekomendasi
hold di harga wajar Rp 4.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi