Simak rekomendasi analis untuk saham-saham jawara market cap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus turun. Menurut data RTI, sejak Januari 2018 hingga sekarang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 9,89% secara year to date (ytd).

Meskipun demikian, posisi kapitalisasi pasar (market cap) saham cuma mengalami sedikit perubahan.

Berdasarkan data Bloomberg (15/10), posisi pertama kembali dikuasai saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 582 triliun secara ytd.


PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang semula di posisi satu turun satu peringkat ke posisi dua dengan kapitalisasi pasar masing-masing sebesar Rp 441 triliun secara ytd.

Dan di posisi tiga ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 366 triliun secara ytd.

Lalu di posisi empat, lima dan enam ada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan kapitalisasi pasar masing-masing sebesar Rp 363 triliun, Rp 333 triliun. dan Rp 295 triliun.

Sementara di posisi tujuh, delapan dan sembilan ada aham PT Astra International Tbk (ASII), PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan kapitalisasi pasar masing-masing sebesar Rp 277 triliun, Rp 141 triliun, dan Rp 130 triliun.

Dan di posisi ke sepuluh ada saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 117 triliun. 

Valdy Kurniawan, analis Phintraco Sekuritas mengatakan, susunan kapitalisasi pasar saham tidak banyak berubah dibandingkan akhir tahun 2017 lalu.

"Yang menarik adalah kapitalisasi pasar BBCA yg naik ke peringkat satu, menggantikan posisi HMSP. Seperti yang terlihat di atas, kapitalisasi pasar HMSP turun sepanjang Januari hingga 15 Oktober 2018. Sebaliknya, BBCA justru naik," ujarnya, Senin (15/10).

Valdy melanjutkan bahwa dari semua perubahan posisi kapitalisasi saham tersebut, sebetulnya rata-rata saham sektor perbankan pun mengalami penurunan kapitalisasi.

"Perbandingan untuk Top 10 tidak terlalu berbeda dari awal tahun sampai kini. Hanya BBCA yang naik jadi peringkat pertama. Selain karena kinerja, salah satunya adalah karena fokus market BBCA yang ke arah ritel sehingga relatif lebih bertahan terhadap perubahan suku bunga," pungkasnya.

Sementara untuk akhir tahun 2018 nanti, Valdy memperkirakan susunan kapitalisasi pasar tidak akan mengalami banyak perubahan.

"Saham-saham banking, semen dan consumer goods secara historis berpotensi rebound jelang tutup tahun nanti," ungkapnya.

Ia bilang pergerakan saham-saham tersebut akan dipengaruhi oleh spekulasi kenaikan The Fed Rate yang keempat dan tergantung pada rilis data-data makro ekonomi di sisa tahun ini.

Ia juga bilang, BBCA masih berpotensi menjadi jawara kapitalisasi pasar sampai akhir tahun 2018 ini. "Untuk potensi kenaikan market cap sebesar kenaikan 8% hingga 12%. Ini khusus BBCA," ujarnya.

Tapi Valdy juga menambahkan bahwa kenaikan market cap untuk sektor semen dan consumer goods juga bisa sekitar 3% sampai 8%, jika terjadi akselerasi di akhir tahun. "Sebab diperkirakan IHSG akhir tahun di akan berada di rentang support di level 6.200 dan resistance pada level Rp 6.500," tambahnya.

Lalu soal rekomendasi saham, Valdy merekomendasikan untuk membeli saham-saham blue chip karena secara umum masih menarik untuk dibeli dan terutama yang memiliki kinerja keuangan baik antara lain sebagai berikut.

1. Saham BBCA dengan target harga di jangka panjang di level Rp 24.500 per saham.

2. Saham BMRI dengan target harga di jangka panjang di level Rp 6.200 per saham.

3. Saham BBNI dengan target harga di jangka panjang di level Rp 7.400 per saham.

4. Saham BMRI dengan target harga di jangka panjang di level Rp 6.600 per saham.

5. Saham TLKM dengan target harga di jangka panjang di level Rp 3.800 per saham hingga 3.900 per saham.

6. Beli saham INTP dengan target harga jangka panjang di level 18.000 per saham

7. Beli saham SMGR dengan target harga jangka panjang di level Rp 10.000 per saham.

8. Beli saham CPIN dengan target harga jangka panjang di level Rp 5.400 per saham.

Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, saham sektor perbankan terutama BBCA naik saat ini karena sektor keuangan merupakan motor penggerak ekonomi nasional, dan emiten-emiten perbankan memiliki kapitalisasi yang besar.

Soal perbandingan susunan kapitalasasi pasar dari Januari hingga saat ini, Nafan bilang tidak ada yang mengalami perubahan signifikan dari susunan emiten dalam top 10.

"Yang berubah adalah susunan peringkat emiten, seperti BBCA yang sudah menggeser HMSP di peringkat 1 dan GGRM yang menggeser BBNI di peringkat 8," katanya.

Nafan menambahkan bahwa karena sektor keuangan merupakan motor penggerak ekonomi nasional, sehingga BBCA sebagai emiten perbankan memiliki yang memiliki kapitalisasi yang besar pantas berada di urutan nomor 1.

"Lalu, GGRM sebagai emiten dari sektor konsumsi yang memiliki kapitalisasi yang besar mampu menggeser posisi BBNI karena kapitalisasi BBNI masih lebih rendah dibanding kapitalisasi bank-bank buku 4 lainnya," pungkasnya.

Dari sisi saham,Nafan merekomendasikan sejumlah saham sebagai berikut.

1. Beli BBCA dengan target harga jangka pendek di level Rp 25.700 per saham.

2. Beli HMSP dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 3.930 per saham dan Rp 4.510 per saham.

3. Beli BBRI dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 3.080 per saham dan Rp 3.840 per saham.

4. Beli TLKM dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 3.890 per saham dan Rp 4.530 per saham.

5. Beli BMRI dengan target harga jangka pendek di level Rp 6.700 per saham.

6. Beli ASII dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 7.050 per saham dan Rp 8.500 per saham.

7. Beli GGRM dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 76.300 per saham dan Rp 81.275 per saham.

8. Beli BBNI dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 7.250 per saham dan Rp 7.975 per saham.

9. Beli UNTR dengan target harga jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di level Rp 32.300 per saham dan Rp 43.725 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti