KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang belum kunjung mereda turut menghambat proses pemulihan ekonomi. Kondisi ini ikut mempengaruhi keseimbangan pasokan dan permintaan terhadap daging ayam. Sebagai langkah menyeimbangkan pasar, pemerintah akhirnya mengambil kebijakan pemangkasan populasi anak ayam usia sehari (DOC). Pasalnya, diproyeksikan akan ada
oversupply DOC FS sebanyak 79 juta. Pemangkasan tersebut diharapkan bisa mengurangi kelebihan pasokan menjadi 22 juta. Dengan jumlah tersebut, diharapkan kelebihan pasokan hanya akan di atas 10% dari permintaan masyarakat.
Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery mengungkapkan, program
culling atau pemusnahan FS yang diatur oleh pemerintah masih memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan harga di pasar. "Karena dari segi
demand selama pandemi ini masih lemah dan belum terlalu kuat untuk menjaga kestabilan harga. Sehingga kebijakan
culling bisa mencegah kondisi
oversupply," kata Michael kepada Kontan.co.id, Jumat (19/2).
Baca Juga: Widodo Makmur Unggas (WMUU) genjot kapasitas produksi usai IPO Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dalam risetnya pada 10 Februari 2021 menuliskan, perusahaan
breeding diharapkan bisa melakukan pemangkasan secara reguler dengan membatasi PS pada usia 58 minggu dari Februari sampai Desember 2021. Victor bilang, jika dibandingkan dengan tahun lalu, pembatasan kali ini akan jauh lebih besar dampaknya. Mengingat, pada tahun lalu, pembatasannya pada usia 60 minggu. "Padahal tahun ini, kami melihat permintaan akan lebih tinggi seiring
outlook ekonomi yang akan lebih baik. Dengan pembatasan yang lebih ketat, ini berarti, permintaan pasokan lebih tinggi dari pemulihan permintaan," tulis Victor. Victor sendiri memberikan rating netral kepada sektor ini meskipun terdapat beberapa ketidakpastian pada pemulihan konsumsi ayam dan harga bahan baku pada 2021. Ia juga meyakini, pemulihan pendapatan sudah
priced in ke harga saham saat ini. Berikut rekomendasi para analis untuk saham-saham sektor unggas: 1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA) Japfa berpotensi mendapatkan dana tambahan dari hasil akuisisi PT So Good Food (SGF). Akuisisi ini dinilai akan memberi nilai tambah karena integrasi vertikal JPFA dari hulu ke bisnis hilir. Apalagi, segmen consumer food cenderung berkontribusi pada margin profitabilitas yang layak. Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery merekomendasikan untuk beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.850 per saham 2. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN) CPIN merupakan
market leader dalam bisnis hulu sektor unggas sehingga memungkinkan punya margin profitabilitas yang tinggi. Hal ini menjadi buffer ketika kondisi pasar tengah tertekan. Dengan bisnis pakan yang relatif lebih baik dari peers, pendapatan CPIN akan lebih resilient ke depannya. Analis Mirae Asset Sekuritas Emma Fauni merekomendasikan untuk beli saham CPIN dengan target harga Rp 7.300 per saham.
3. PT Malindo Feedmill Indonesia Tbk (
MAIN) Sempat mangkrak karena ada sengketa tanah, akhirnya rencana ekspansi MAIN membangun pabrik pakan di Lampung bisa kembali berjalan. Diharapkan, pabrik pakan ini beroperasi pada tahun ini. Lewat ekspansi ini, MAIN membidik kapasitas produksi pakan ternak naik menjadi 1,8 juta ton per tahun Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano merekomendasikan untuk jual saham MAIN dengan target harga Rp 600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari