KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) mengalami tekanan sepanjang sembilan bulan pertama 2020 Konstituen Indeks Kompas100 ini membukukan laba bersih senilai US$ 39,98 juta di kuartal ketiga 2020. Realisasi ini turun hingga 60,5% dari torehan laba bersih ITMG di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 101,21 juta. Penurunan laba bersih ini sejalan dengan terkoreksinya pendapatan ITMG. Per kuartal ketiga, Emiten tambang batubara tersebut mencatatkan penurunan pendapatan bersih hingga 33,17% secara tahunan, dari US$ 1,30 miliar menjadi US$ 871,88 juta.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten batubara di tengah penurunan kinerja Selain secara tahunan, kinerja ITMG juga menurun secara kuartalan. Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menyebut laba bersih ITMG menurun 30,2% secara kuartalan menjadi US$ 10 juta pada kuartal ketiga 2020. Hal ini disebabkan harga batubara yang lemah dan volume penjualan batubara yang lebih rendah. Di sisi lain, penurunan dalam total biaya rasio pengupasan atau
stripping ratio (SR) sebesar 9,7% secara kuartalan membantu emiten ini dalam meningkatkan marjin kotor dan marjin operasi, masing-masing menjadi 20,9% dan 11,2% dari sebelumnya 9,8% dan 0,6%. Sementara laba bersih yang merosot 60,5% secara
year-on-year disebabkan oleh harga jual rerata atau
average selling price (ASP) yang melemah 18,9% dan volume penjualan yang lebih rendah 17,6% secara tahunan. Penurunan laba bersih juga disebabkan oleh tarif pajak yang lebih tinggi sebesar 46% pada dibandingkan pada 9 bulan pertama 2019 yang hanya 31,2%. Analis Macquarie Sekuritas Indonesia Ari Jahja dan Aksay Sugandi mengatakan, meski ASP di kuartal ketiga melemah, harga jual berpotensi tumbuh secara kuartalan di triwulan keempat. Macquarie Sekuritas mencatat, volume produksi ITMG meningkat 11% secara kuartalan menjadi 4,9 juta ton. Namun, volume penjualan menurun 19% secara kuartalan menjadi 4,3 juta ton. “Hal ini menghasilkan volume produksi dan penjualan masing-masing sebesar 13,8 juta ton dan 15,4 juta ton pada Sembilan bulan pertama 2020, yang masing-masing turun 22% dan 18% secara tahunan,” tulis Ari dan Aksay dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Senin (16/11). Sementara Stefanus memperkirakan produksi batubara akan meningkat dengan biaya yang lebih rendah akan meningkatkan pendapatan ITMG di kuartal akhir 2020. BRI Danareksa Seuritas memperkirakan adanya pendapatan yang solid pada kuartal keempat mengingat proyeksi peningkatan produksi batubara sebesar 8,2% secara kuartalan menjadi 5,3 juta ton berkat percepatan produksi di Indominco dan penambangan di area Jorong. Sebelumnya, Indominco dilanda hujan lebat sehingga menyebabkan produksi batubara lebih rendah dari perkiraan pada kuartal ketiga. Selain itu, diharapkan terdapat penurunan lebih lanjut dalam rasio kupas menjadi 9,1 kali pada kuartal keempat yang turun dari realisasi rasio kupas per kuartal ketiga 2020 yang mencapai 10 kali. Hal ini mengingat upaya ITMG untuk mengurangi total biaya sebesar US$ 8 per ton untuk tahun ini. “Dengan demikian, ITMG mempertahankan target produksi batubara sebesar 19,1 juta ton untuk tahun 2020, yang merupakan batas bawah dari target awal kami sebesar 19 juta ton - 21 juta ton, dengan volume penjualan batubara diperkirakan mencapai 21,6 juta ton,” tulis Stefanus.
Baca Juga: Harga batubara bakal melambung berkat sejumlah katalis ini Ke depan, Aksay dan Ari memperkirakan curah hujan yang tinggi akibat La Niña akan mulai mempengaruhi produksi batubara Indonesia, sehingga pasokan akan berkurang hingga awal tahun 2021. Pemulihan ekonomi China dan permintaan jelang musim dingin dapat mendorong permintaan batubara di kuartal keempat.
Kontrol pemerintah China terhadap impor batubara masih tetap ada. Namun, sejauh ini ITMG tidak memiliki masalah dalam mengekspor ke China, yang merupakan 23% dari total volume penjualan. Macquarie Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi
outperform saham ITMG seiring valuasi yang tidak terlalu tinggi dan adanya potensi naiknya harga batubara di tahun 2021. Sementara BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 11.000. Rekomendasi ini diambil mengingat ITMG yang terus berfokus pada aset pertambangan batubara untuk menambah cadangan dan serta adanya efisiensi biaya lebih lanjut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto