Simak rekomendasi para analis untuk saham SMGR



JAKARTA. Di tengah persaingan ketat di industri semen dan sektor properti yang belum pulih, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih bisa mencetak pertumbuhan penjualan. Ke depan, permintaan yang mulai menanjak plus kapasitas produksi yang bertambah akan semakin mengerek penjualan produsen semen pelat merah tersebut.

Sepanjang Mei 2017 lalu, penjualan semen SMGR mencapai 2,35 juta ton, tumbuh 9,6% dari periode yang sama di 2016. Total penjualan semen dalam lima bulan pertama tahun ini sebanyak 10,98 juta ton atau naik 8,2%.

Menurut Mimi Halimin, Analis Mirae Asset Sekuritas, salah satu pendorong pertumbuhan kinerja SMGR adalah mulai membaiknya penjualan semen merek Semen Gresik. Selama JanuariMei, penjualan Semen Gresik naik 11,3% menjadi 5,98 juta ton. Ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan di Jawa Timur sebesar 15,7% jadi 3,84 juta ton.


Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas, mengatakan, pertumbuhan penjualan di Jawa Timur mencerminkan dampak proyek infrastruktur di Pulau Jawa. Dan, "Pengoperasian pabrik baru di Rembang pada kuartal III akan membantu SMGR memenuhi permintaan, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Yuni dalam riset 9 Juni lalu.

Pertumbuhan penjualan SMGR, Mimi menambahkan, juga ditopang pengoperasian pabrik Indarung IV, April lalu. Sehingga, penjualan Semen Padang meningkat.

Penambahan kapasitas pabrik penggilingan di Jawa Barat sebesar dua juta ton per tahun turut mendorong penjualan. "SMGR bisa membukukan kenaikan volume lebih tinggi seiring bertambahnya kapasitas dan naiknya permintaan dalam negeri," ujar Mimi dalam riset 7 Juni lalu.

Ekspor SMGR pun tumbuh signifikan. Hingga Mei lalu, ekspor Semen Padang melesat 342,1% jadi 385.691 ton dan Semen Tonasa melejit 276,7% menjadi 174.265 ton. Yuni bilang, penjualan ke Australia dan ASEAN mendominasi ekspor SMGR.

Tapi, Mimi menilai, SMGR mendapatkan tantangan dari penurunan harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP). April lalu, harga jual semen SMGR anjlok sebesar 8,9% lantaran kenaikan produksi semen curah yang harganya lebih murah.

Tambah lagi, Evelyn Rosiana, Analis Minna Padi Investama, mengungkapkan, permintaan semen masih lemah di tengah kehadiran pemain baru. Proyek infrastruktur pemerintah pun belum mampu mengimbangi pasokan dan permintaan semen

Hanya, Evelyn menambahkan, SMGR juga mengembangkan produksi nonsemen yang berkontribusi 24% dari total penjualan. Mulai penambangan batu kapur dan tanah liat, pembuatan kantong kemasan, pengembangan kawasan industri, beton siap pakai, jasa sistem informasi, logistik, hingga perdagangan. "SMGR masih memiliki potensi yang baik dalam mendongkrak penjualan di tengah lesunya pasar semen domestik," kata Evelyn kemarin.

Yuni memprediksikan, pendapatan SMGR hingga akhir tahun tumbuh 10,9% jadi Rp 28,99 triliun. Tapi, laba bersihnya berpeluang turun 10,6% menjadi Rp 4,08 triliun.

Tapi, Yuni merekomendasikan buy untuk saham SMGRdengan target harga Rp 11.925 per saham. Sedang Mimi dan Evelyn merekomendasikan hold, dengan target harga Rp 9.000 dan Rp 9.621.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto