KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) di sepanjang 2018 cenderung flat. Para analis kompak merekomendasikan hold untuk UNVR di tengah Indonesia catatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu. Berdasarkan laporan kinerja keuangan periode tahun buku yang berakhir 31 Desember 2018, UNVR membukukan penjualan bersih sebesar Rp 41,8 triliun atau naik 1,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara, di periode yang sama, UNVR bukukan laba bersih sebesar Rp 9,1 triliun atau naik 30,1%. Analis BNI Sekuritas William Siregar menilai kinerja UNVR di sepanjang tahun lalu tergolong flat dan berada di bawah ekspektasinya.
Meski, laba UNVR naik dengan angka double digit, William mencermati kenaikan laba bersih mayoritas disumbang dari aksi korporasi UNVR yang menjual aset kategori spreads. "Jika kita hitung aktual laba operasi tanpa memperhitungkan laba aset spreads maka laba operasi hanya Rp 9,45% atau turun 0,42% dan ini masih berada di bawah perkiraan kami," kata William, kepada Kontan.co.id, Rabu (6/1). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang naik 5,17% di sepanjang 2018, hal ini harusnya berdampak positif bagi sektor konsumer termasuk UNVR. Maklum, belanja rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar pada pertumbuhan ekonomi. Namun, melihat kinerja di sepanjang tahun lalu yang cenderung stagnan, William merekomendasikan netral untuk UNVR dengan target harga yang belum bisa dipastikan hingga ia kembali berdiskusi dengan manajemen UNVR mengenai cara memperoleh target kinerja di tahun ini. Meski ekonomi Indonesia bertumbuh, sentimen tersebut belum cukup untuk mendongkrak kinerja UNVR yang kini sedang mendapat tantangan dari sisi persaingan yang ketat. "Konsumen kini dihadapkan pada produk yang serupa ini menjadi tantangan serius bagi UNVR," kata William. Mimi Halimin Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan UNVR akan lebih fokus melakukan promosi di tahun ketatnya persaingan ini. "Kami memproyeksikan UNVR akan mengurangi biaya iklan dan meningkatkan biaya promosi di tahun ini, iklan juga lebih memberikan dampak langsung ke pelanggan," kata Mimi dalam riset Senin (4/2). Di akhir kuartal tahun lalu, turunnya harga minyak dan penguatan rupiah sempat memberi dampak positif yang signifikan pada margin UNVR dengan naik 2,7% secara kuartalan. Ke depan, Mimi memperkirakan margin UNVR akan membaik karena didukung penguatan rupiah, efisiensi, dan struktur keuangan yang lebih sehat. Mimi memproyeksikan pendapatan UNVR di tahun ini bisa tumbuh ke Rp 45,5 triliun dengan laba bersih yang kemungkinannya masih turun 15,1% yoy di Rp 7,7 triliun. Sementara, Janni Asman, Analis PT Maybank Kim Eng Securities berpandangan kinerja UNVR di tahun ini bisa meningkat dengan peningkatan penjualan sebesar 8% yoy yang didukung dengan kenaikan daya beli masyarakat seiring rupiah yang terapreasiasi 3,6% sejak awal tahun. Selain itu, UNVR juga meluncurkan beberapa produk baru seperti saus sambal Jawara dan sabun Kora Glow yang Janni perkirakan akan mendukung penjualan UNVR di tahun ini. Dalam risetnya, 1 Februari 2019, Janni memproyeksikan EBIT margin UNVR akan bertahan di 22,7% dan tekanan biaya akan berkurang seiring dengan penguatan rupiah dan harga minyak mentah yang lebih murah. Tak hanya itu, pergeseran kegiatan iklan dan promosi ke media digital yang lebih murah juga membantu arus keuangan UNVR di tahun ini.
"Kami juga melihat biaya pendanaan yang lebih rendah karena UNVR telah melunasi utang sebesar Rp 3 triliun di tahun lalu dengan memakai hasil dari penjualan bisnis spreads," kata Janni. Janni merekomendasikan hold di target harga Rp 50.000 per saham. Kompak, Mimi juga merekomendasikan hold di target harga Rp 49.800 per saham. Sementara, Andrey Wijaya Analis RHB Sekuritas merekomendasikan neutral di target harga Rp 46.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto