Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) di Tengah Prospek Kenaikan Harga Batubara



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) masih sejalan dengan ekspektasi di tengah adanya tantangan produksi. Hingga akhir tahun, potensi kenaikan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) batubara bisa menjadi katalis bagi pertumbuhan emiten milik konglomerat Boy Thohir ini.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan mengatakan, penjualan ADRO kuartal kedua masih sejalan meski adanya indikasi tantangan produksi. ADRO melaporkan pertumbuhan volume penjualan kuartal kedua 2024 menjadi 18,5 juta ton yang meningkat 12% quarter on quarter (QoQ) dan 9% year on year (YoY).

Erindra mencermati, pertumbuhan penjualan ADRO pada kuartal kedua yang positif ini terjadi saat produksi selama periode tersebut melambat sebesar -2% QoQ dan datar secara tahunan menjadi 17,7 juta ton. Ini mengindikasikan kemungkinan gangguan cuaca yang berdampak pada beberapa tambang ADRO, terutama Adaro Indonesia yang produksinya turun -6% QoQ.


Adapun hingga semester I-2024, volume penjualan ADRO tumbuh 7% YoY menjadi 34,9 juta ton. Penjualan tersebut mencerminkan kombinasi pertumbuhan penjualan batubara termal naik 5% YoY menjadi 32,3 juta ton dan batubara kokas melejit 43% YoY menjadi 2,6 juta ton.

Baca Juga: Aliran Dana Asing Masih Masuk ke Bursa, Simak Rekomendasi Sektor dan Sahamnya

Dengan kondisi tersebut, ADRO diproyeksi akan membukukan EBITDA operasional dalam kisaran US$ 540 juta–US$ 570 juta pada kuartal kedua yang artinya mendukung EBITDA operasional semester I-2024 bisa mencapai US$ 1,1 miliar–US$ 1,2 miliar atau setara 54%- 55% dari proyeksi BRI Danareksa Sekuritas.

Erindra menjelaskan, perhitungan ini didasarkan pada volume penjualan aktual kuartal kedua, dengan estimasi penurunan tipis sekitar 8%-10% QoQ pada harga jual rata-rata seiring harga rata-rata batubara termal dan kokas pada periode tersebut.  

Belum lagi, dikombinasikan dengan estimasi kenaikan tipis biaya karena rasio pengupasan yang lebih tinggi sebesar 4,0x pada kuartal kedua dibandingkan 3,7x pada kuartal pertama. Perkiraan BRIDS rasio kupas ADRO akan mencapai 4,5x di tahun 2024.

Harga batubara Newcastle dan harga batubara acuan Indonesia (ICI) menunjukkan sedikit perubahan hingga akhir Juli 2024. ICI1, ICI2, dan ICI3 mengalami sedikit peningkatan masing-masing sebesar 1,4%, 0,2%, 0,3% week on week (WoW).

Pada catatan yang lebih positif, Erindra mencermati, penurunan persediaan Tiongkok menyiratkan peningkatan permintaan musiman. Seperti diketahui, persediaan batubara di pelabuhan Tiongkok terus menurun dari puncaknya, meskipun tetap lebih tinggi dari tingkat rata-rata yang terlihat selama lima tahun terakhir.

“Kondisi ini menyiratkan adanya peningkatan permintaan (batubara) secara musiman,” tulis Erindra dalam riset 8 Agustus 2024.

Baca Juga: Membaca Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis Merespons RAPBN 2025

Adapun volume penjualan ADRO di semester pertama tahun ini tumbuh 7% YoY menjadi 34,9 juta ton. Penjualan tersebut mencerminkan kombinasi pertumbuhan penjualan batubara termal naik 5% YoY menjadi 32,3 juta ton dan batubara kokas melejit 43% YoY menjadi 2,6 juta ton.

Erindra menilai, kinerja penjualan ADRO hingga semester pertama tahun ini telah sesuai dengan yang diharapkan yakni mencapai 52% dari target setahun penuh 2024. Ke depan,  ketidakpastian cuaca pada semester kedua kemungkinan masih berlanjut sejalan dengan potensi terjadinya La Nina.

Analis BCA Sekuritas Muhammad Fariz memproyeksi, seiring harga rata-rata (ASP) batubara Newcastle kuartal kedua 2024 sebesar US$138 per ton yang lebih tinggi 8,3% QoQ, maka kemungkinan hasil yang lebih baik pada semester pertama ini diharapkan terjadi pada ADRO dan ITMG. Hal itu karena kedua emiten tersebut didorong oleh perkiraan biaya tunai yang lebih rendah dan volume penjualan yang lebih besar.

Hanya saja, ADRO lebih diunggulkan karena performa harga sahamnya telah mengungguli ITMG. Walaupun produksi ITMG diproyeksi tumbuh 20% untuk tahun ini, tetapi masih kurang menarik diakibatkan oleh hasil kuartal pertama yang lebih lesu ketimbang ADRO.

Sebagai perbandingan, ITMG mencatat penurunan pendapatan dan laba bersih masing-masing sekitar 28,64% YoY dan 66,28% YoY menjadi US$ 489,23 juta dan US$ 61,60 juta per kuartal I-2024. Sedangkan, ADRO mencetak pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 21,53% YoY dan 18,27% menjadi US$ 1,44 miliar dan US$ 374,34 juta.

Baca Juga: Masih Menarik Dikoleksi, Simak Rekomendasi Saham Energi dan Tambang

Walaupun pencapaian top line ADRO di kuartal pertama tahun ini koreksi, namun mampu melewati estimasi konsensus di US$1,355 miliar. Sementara itu, realisasi laba bersih Adaro juga mampu melewati konsensus para analis di US$360,00 juta.

“ADRO telah membukukan angka-angka yang lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal I-2024, menyusul ekspektasi konsensus yang rendah,” ungkap Fariz dalam riset 12 Juli 2024.

BCA Sekuritas memandang, pendapatan dan laba ADRO akan sejalan dengan proyeksi dan berada di atas perkiraan konsensus. Hingga semester I-2024, pendapatan ADRO berpotensi mencapai 51,4% dari perkiraan BCA Sekuritas dan 59,1% dari konsensus menjadi US$ 3,06 miliar. Serta laba ADRO harus mencapai 51,9% dari perkiraan dan 71,7% dari konsensus menjadi US$ 813 juta.

Di semester kedua 2024, Fariz melihat, arah harga batubara akan tetap tinggi karena La Niña sudah di depan mata, dan harga batubara secara historis diperdagangkan pada harga yang lebih tinggi selama peristiwa cuaca tersebut. Namun mungkin harga batubara masih akan volatil di bulan Juli dan Agustus, sebelum reli mulai September dan seterusnya, saat memasuki musim hujan dan musim dingin.

Perhatikan bahwa pasar masih bergantung pada asumsi rata-rata batubara Newcastle pada US$120 per ton, dibandingkan dengan asumsi BCA Sekuritas pada US$140 per ton. Adapun harga rata-rata batubara Newcastle untuk semester pertama sudah mencapai US$ 132 per ton.

“Kami mengharapkan harga batubara yang lebih kuat di semester kedua 2024,” imbuh Fariz.

Adapun Fariz mempertahankan peringkat beli untuk ADRO dengan target harga sebesar Rp 3.610 per saham. Sedangkan, Erindra menyarankan beli dengan target harga sebesar Rp 3.770 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati