KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) mendapat respons positif dari pasar pada hari pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/10). BREN mengawali debut dengan lonjakan harga yang menyentuh level Auto Rejection Atas (ARA). Posisi ARA pada saham BREN terjadi sejak awal perdagangan dan bertahan hingga penutupan pasar. Harga saham BREN kini bertengger di posisi Rp 975 per saham atau naik 25% dari harga penawaran sebesar Rp 780 per saham. Dalam proses penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO), BREN melepas sebanyak 4,01 miliar saham. Dus, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini mengantongi dana senilai Rp 3,13 triliun lewat aksi IPO.
Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska memandang lonjakan harga BREN dalam debutnya ini sesuai ekspektasi. Dalam skala emisi, IPO BREN terbilang jumbo dengan nominal dana terhimpun lebih dari Rp 1 triliun.
Baca Juga: Cek Harga Saham GOTO dan BREN yang Beda Arah di Perdagangan Bursa Senin (9/10) Selain itu, saham BREN pun mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 135,2 kali saat penawaran umum. Secara industri, BREN yang bergelut di bisnis panas bumi (geothermal) punya prospek yang mirip dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Dalam jangka panjang bisnis geothermal dinilai prospektif dengan potensi pertumbuhan compounded annual growth rate (CAGR)14%. Sebagai bagian dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT), hal lain yang memoles prospek emiten geothermal adalah kehadiran Bursa Karbon alias IDX Carbon. "BREN secara prospek kurang lebih sama dengan PGEO, juga sama-sama diuntungkan oleh carbon credit yang nantinya bisa diperjual-belikan ke perusahaan energi misal batubara," kata Ika kepada Kontan.co.id, Senin (9/10). Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menambahkan, prospek BREN terbilang menarik dengan aset kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) mencapai 886 Megawatt (MW). BREN pun menargetkan kapasitas terpasang PLTP mencapai 1.032 MW pada tahun 2027. IPO BREN berada dalam momentum yang menarik, dimana sejumlah saham berbasis EBT belakangan ini menjadi incaran investor. "Beberapa saham sempat melambung naik, misalnya saham PGEO yang jenis usahanya geothermal serupa dengan BREN," ungkap Rio. Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menambahkan, katalis lain yang memoles saham BREN adalah faktor Grup Barito yang dimiliki oleh konglomerat Prajogo Pangestu. Seperti diketahui, dalam beberapa waktu belakangan ini saham-saham punya Prajogo mengalami lonjakan harga. Tengok saja saham BRPT, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). "BREN yang dimiliki secara tidak langsung juga menjadi salah satu faktor positif bagi market, karena melihat beberapa saham Prajogo Pangestu termasuk yang baru IPO mencatatkan performa sangat baik," ungkap Felix. Felix sepakat, kehadiran Bursa Karbon memang bisa menjadi katalis positif bagi perusahaan EBT seperti BREN. Namun, perlu dicermati juga bagaimana progres transaksi di Bursa Karbon yang sejauh ini masih relatif sepi. Meski begitu, Felix melihat kehadiran BREN bisa membawa dampak positif bagi industri dan saham berbasis EBT. Apalagi di tengah semakin banyaknya investor yang beroritentasi pada pemenuhan aspek Environmental, Social & Governance (ESG).
Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Barito Renewables (BREN) Melonjak 25% di Awal Perdagangan "IPO BREN menambah emiten EBT yang menjadi salah satu opsi bagi para investor untuk berinvestasi di emiten berbasis ESG," kata Felix. Walau punya prospek menarik, tapi secara valuasi Rio memberikan catatan rasio harga BREN relatif lebih tinggi dibandingkan emiten sejenis (peers). Dalam perhitungan relative valuation dengan harga penawaran Rp 780, price to earnings ratio (PER) BREN sebesar 43,71 kali dan price to book value (PBV) 9,75 kali. PER dan PBV BREN lebih tinggi dibandingkan dengan PGEO yang memiliki PER 22,39 kali dan PBV 2,19 kali. Terlebih jika dibandingkan rata-rata PER emiten EBT yang sebesar 2,68 kali dan PBV di 0,35 kali.
Ika sepakat, secara valuasi BREN memang terbilang premium dibandingkan saham EBT lainnya. Sehingga, Ika menilai saham BREN bisa dipertimbangkan untuk spekulasi terlebih dulu dibandingkan dengan investasi jangka panjang. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengingatkan, di tengah pasar saham yang masih volatile, pergerakan saham emiten anyar lebih sulit untuk diprediksi. Saran Fajar, sebaiknya pelaku pasar wait and see terlebih dulu atau disiplin membatasi risiko. Jika harga saham sudah naik tinggi, apalagi mencapai level ARA, bisa dipertimbangkan profit taking sebagian atau memakai strategi hit and run untuk saham-saham baru. "Mungkin bisa (lanjut naik) tapi hal itu akan sangat tergantung juga dengan kondisi pasar yang saat ini masih volatile," tandas Fajar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi