KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) moncer di tahun lalu. Tercatat, perbankan pelat merah ini sukses membukukan laba bersih Rp 10,89 triliun, atau melonjak 232,2% dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya Rp 3,28 triliun.
Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan, kinerja BBNI pada tahun 2021 sudah
inline dengan proyeksinya, namun di atas estimasi pasar. Realisasi kinerja BBNI telah memenuhi 95,8% dari proyeksi Panin Sekuritas dan 110% dari proyeksi konsensus. Menurut Nico, performa positif BBNI di tahun 2021 didorong oleh tren perbaikan kredit secara kuartalan.
Adapun BBNI mencatatkan kredit sebesar Rp 582,4 triliun atau naik 2,1% secara kuartalan. Perolehan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan sektor perbankan, namun tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan bank lain sudah merilis laporan keuangan, seperti Bank Mandiri (
BMRI) yang naik 2,79% dan BCA (
BBCA) yang tumbuh 5,1%. “Hal ini disebabkan oleh fokus perseroan terhadap segmen dengan risiko rendah, seperti korporasi swasta, KUR dan
payroll loans,” ujar Nico dalam risetnya pada 28 Januari.
Baca Juga: Sepanjang Tahun 2021, Penyaluran Kredit Berkelanjutan BNI Naik 23.67% Lebih lanjut, Nico melihat, transformasi di
wholesale banking BBNI memberikan kontribusi yang positif. Hal ini tercermin dari sektor manufaktur yang memberikan performa pertumbuhan tinggi, pasca strategi BBNI untuk melakukan
client acquisition, digitalisasi serta optimalisasi
value chain. Selain itu, ia juga menyoroti keberhasilan BBNI menjaga
cost of fund (CoF) dan menjadi nomor 2 paling rendah di antara bank BUKU IV lainnya. BBNI mencatatkan DPK sebesar Rp 729,2 triliun dengan CASA sebesar 69,4%. Hal ini membawa CoF BBNI sebesar 1,6% di tahun 2021. “Kami melihat hal ini didorong oleh digital
initiatives yang dilakukan BBNI, dimana API telah mencapai 443 servis, paling tinggi di antara
peers. Performa positif ini, membawa likuiditas tetap terjaga dengan LDR pada 79,7% di 2021,” imbuhnya.
Baru-baru ini BBNI juga telah resmi mengakuisisi 63,92% saham Bank Mayora, dengan total transaksi sebesar Rp3,5 triliun atau setara dengan 2 kali
price to book. Nico menyebut langkah akuisisi ini sebagai hal positif karena akan mendorong ekspansi digital BBNI. Dia mengatakan, saat ini BBNI sedang melakukan negosiasi dengan beberapa
tech partner untuk mengembangkan digital bisnis, dengan fokus ke depannya di segmen SME. Untuk akuisisi ini, BBNI juga menginformasikan tidak membutuhkan pencadangan signifikan, karena performa Bank Mayora yang masih relatif baik, dengan NPL di bawah 5% dan coverage yang masih terjaga. Dengan berbagai kinerja positif BBNI pada tahun lalu, serta ekspansi digital yang positif, Nico pun merekomendasikan beli untuk saham BBNI dengan target harga Rp 8.600 per saham yang mengimplikasikan PB 1,3 kali di 2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari