KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) mencatatkan penurunan kinerja di tahun 2023. Pendapatan Bukit Asam terpantau turun sekitar 9,8% secara
Year on Year (YoY) menjadi Rp 38,5 triliun dan laba bersih tergerus sekitar 51,4%YoY menjadi Rp 6,1 triliun. Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan memaparkan, sekitar 57% penjualan batubara PTBA selama tahun lalu ditujukan ke pasar domestik dan 43% ke pasar ekspor. India adalah pembeli terbesar dengan 37% penjualan, dan Tiongkok sebesar 6%. Sementara itu, harga jual rata-rata alias
Average Selling Price (ASP) untuk ekspor mencapai Rp1,35 juta per ton yang lebih rendah 36%YoY di tahun 2023. Sedangkan ASP untuk pasar domestik mencapai Rp 800.000 per ton yang turun 3%YoY.
Namun, ASP di pasar domestik membaik secara triwulanan yang bertumbuh 4% QoQ seiring dengan peningkatan proporsi penjualan semen dan pupuk dari 27% menjadi 32% YoY di kuartal IV-2023.
Baca Juga: Perdagangan di Bursa Pekan Ini Hanya Tiga Hari, Simak Rekomendasi Saham Berikut Di samping itu, PTBA berhasil menurunkan biaya tunai pada kuartal IV-2023 sebesar -37% YoY dan -7% QoQ, serta biaya operasional -57% YoY dan -22% QoQ. Ini berkat keberhasilan negosiasi biaya tambahan bahan bakar dengan Pertamina dengan menggunakan bahan bakar grup MIND ID, tarif biaya tambahan yang lebih rendah dari tarif PT KAI dan biaya gaji yang lebih rendah. Perlu diperhatikan bahwa mulai akhir tahun 2022, komponen biaya pengangkutan batubara juga mencakup komponen variabel yang terkait dengan harga batubara acuan ICI untuk penjualan batubara ke pasar ekspor, selain harga dasar. Dengan demikian, biaya transportasinya meningkat pada tahun 2023 karena penerapan struktur tarif baru. Di tahun 2024, Ariyanto mengatakan bahwa manajemen PTBA telah menyampaikan beberapa panduan. Volume penjualan diperkirakan akan mencapai 43,1 juta ton pada tahun 2024 yang meningkat 16% YoY. Namun produksi tetap ditargetkan datar sebesar 41,3 juta ton, yang akan ditambah sisa persediaan pada tahun 2023. Kemudian, rasio pengupasan (SR) diharapkan akan meningkat menjadi 6,4x dibandingkan 6,2x pada tahun 2023, yang berarti biaya penambangan lebih tinggi. PTBA berencana melakukan inisiatif pemotongan biaya untuk mengimbangi semakin tingginya biaya penambangan di tengah SR yang lebih tinggi. “Selain itu, kapasitas transportasi ditargetkan akan meningkat menjadi 33,7 juta ton per tahun dibandingkan 32,4 juta ton pada tahun 2023,” tulis Ariyanto dalam riset 8 Maret 2024.
Baca Juga: Meski Kinerja 2023 Menurun, Dividen PTBA Menjanjikan Ariyanto menilai, kinerja PTBA akan dibantu proyek Tanjung Enim-Kramasan dengan KAI dan produksi Sumsel-8. Seperti diketahui, PTBA menargetkan bagiannya dalam proyek Tanjung Enim-Kramasan selesai pada tahun 2024, sedangkan KAI akan menyelesaikan pembangunan jalur kereta api dan pelabuhan pada tahun 2025.
Namun PTBA memperkirakan proyek tersebut baru akan mulai mengangkut pada tahun 2025, dengan total kapasitas kereta api sebesar 20 juta ton. Sementara itu, CFFP Sumsel-8 baru mulai beroperasi pada Oktober 2023 dan belum beroperasi dengan kapasitas penuh 5 juta ton yang masih di bawah 1 juta ton. “PTBA masih menunggu instalasi 500 kV dari PLN agar bisa beroperasi maksimal,” ujar Ariyanto. Oleh karena itu, Ariyanto menyematkan rekomendasi netral untuk PTBA dengan target harga sebesar Rp 2.500 per saham. Seruan netral ini selaras dengan pandangan netral Mandiri Sekuritas terhadap sektor batubara. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati