Simak Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA) yang Bakal Mengakuisisi PLTU milik PLN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sukses mencatatkan kinerja ciamik hingga September 2022. Namun, kinerja PTBA dibayangi oleh aksi akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pelabuhan Ratu dari PLN yang dinilai bisa menggerus arus kas perseroan.

Dalam periode Januari-September 2022, PTBA meraih pendapatan sebesar Rp 31,1 triliun. Jumlah ini berhasil meningkat 60% dibanding periode yang sama tahun lalu.  Dari sisi bottom line, PTBA melaporkan laba bersih Rp 10 triliun atau melesat 110% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu senilai Rp 4,8 triliun.

Analis Pilarmas Investindo Desy Israhyanti menilai, kinerja PTBA sejauh ini masih terjaga oleh berbagai sentimen positif. Pendapatan emiten tambang ini diproyeksikan berada di level Rp 41,42 triliun dengan proyeksi laba bersih sebesar Rp 13,57 triliun hingga tutup tahun.


Utamanya, kinerja PTBA terangkat dari menguatnya harga jual rata-rata batu bara atau Average Selling Price (ASP) yang sedang dalam tren tinggi. ASP emiten pertambangan batu bara ini tercatat sebesar Rp 1,3 juta/ton, atau meningkat sebesar 43% secara tahunan alias year-on-year (YoY). Peningkatan ASP tersebut seiring dengan volume penjualan yang lebih tinggi sebesar 23,5 juta ton yang naik 12,4% YoY pada September 2022.

Baca Juga: Return IDX Growth30 Kalah Moncer Dibanding Dua Indeks Lain, Cek Prospek Penghuninya

Desy menjelaskan bahwa imbas paket sanksi yang dijatuhkan Eropa ke Rusia juga telah mendorong adanya pengetatan pasokan energi yang tercermin dari peningkatan signifikan ekspor PTBA ke Italia.

Di samping itu, PTBA dinilai akan memiliki ketahanan bisnis karena peka untuk beralih menuju bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). Misalnya, kolaborasi PTBA dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) diyakini memberikan sentimen positif ke depannya.

Kendati demikian, Desy bilang, kebijakan pemerintah terkait royalti batu bara yang meningkat secara progresif dapat menekan bisnis PTBA. Transformasi menuju energi terbarukan yang terus digaungkan dapat menggerus bisnis PTBA selama masa peralihan untuk menggarap model bisnis lain.

"Fluktuasi harga batu bara turut menjadi sentimen negatif bagi emiten batu bara," kata Desy kepada Kontan.co.id, Kamis (3/11).

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam risetnya tanggal 31 Oktober 2022 mengatakan, kinerja PTBA mulai terantuk lesu. Meskipun PTBA sukses mencetak laba tinggi, namun kinerja PTBA masih di bawah proyeksi.

Penjualan kuartal ketiga 2022 dinilai masih lesu. Diikuti tarif pajak tinggi sehingga memakan laba emiten pelat merah ini.  Secara kuartalan, volume penjualan batubara PTBA tumbuh sedikit 12,4% menjadi 23,5 juta ton pada kuartal ketiga 2022. Sedangkan, volume produksinya tumbuh sebesar 21,0% menjadi 27,7 juta ton.  

Jika diterjemahkan dalam pendapatan sebesar Rp 31,0 triliun, capaian ini hanya memenuhi 68% dari proyeksi full year 2022 Ciptadana Sekuritas sebesar Rp 45,73 triliun.

Sementara, laba bersih Bukit Asam turun 3,2% menjadi Rp 4,0 triliun secara kuartalan. Hal tersebut akibat kinerja operasional yang buruk dan tarif pajak yang lebih tinggi.

Laba bersih PTBA hingga September 2022 sebesar Rp 10 triliun baru mencapai 72% dari total proyeksi Ciptadana Sekuritas. Tahun ini, Ciptadana memperkirakan PTBA bisa meraih laba bersih Rp 13,91 triliun.

"Secara kumulatif, laba bersih PTBA masih tumbuh lebih dari dua kali lipat, tetapi meleset dari ekspektasi kami," tulis Thomas dalam risetnya.

Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Mendaki, Saham Pilihan Berikut ini Bisa Dicermati

Pertimbangan tersebut menjadi alasan Ciptadana Sekuritas menurunkan sedikit proyeksi pendapatan dan laba bersih PTBA di tahun ini. Ciptadana memperkirakan PTBA meraih pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar Rp 44,45 triliun dan Rp 13,78 triliun.

Di sisi lain, kinerja PTBA diprediksi bakal terdorong akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu milik PLN. Namun, dampak aksi tersebut masih perlu waktu karena dalam kedua pihak masih dalam tahap awal kerja sama.

Selain itu, rencana tersebut dikhawatirkan akan menggerus level kas perusahaan dan potensi dividen yang ditebarkan secara jangka pendek. Hal ini juga dinilai dapat meningkatkan struktur permodalan perusahaan dari utang.

Namun, Thomas menilai kesiapan PTBA cukup baik untuk mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu. Hal itu terlihat dari cadangan kas melimpah Rp 5,3 triliun pada September 2022. Sehingga, mengindikasikan kesediaan PTBA untuk mengakuisisi PLTU dan mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang tinggi.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan mengamini bahwa rencana akuisisi PLTU tidak signifikan mengganggu arus kas keuangan PTBA. Dalam risetnya tanggal 25 Oktober, transaksi tersebut dinilai berpotensi hanya mengeluarkan biaya rendah.

Sebagian besar transaksi akusisi diharapkan akan dibiayai pinjaman dengan biaya yang relatif kecil dari dana pembiayaan hijau. Selain itu, PTBA tidak akan mengambil 100% saham di PLTU Pelabuhan Ratu, tetapi PLN melalui anak usahanya yakni Indonesia Power, juga akan memiliki saham di PLTU. 

"Dengan demikian, kami berasumsi bahwa uang yang dikeluarkan oleh PTBA akan relatif kecil. Artinya perusahaan akan tetap dapat mempertahankan jumlah kas yang cukup besar," ungkap Hasan.

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600 per saham. Pilarmas Investindo juga merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600 per saham.

Sementara, Ciptadana Sekuritas menyarankan beli saham PTBA namun merevisi sedikit target harganya menjadi Rp 4.250 per saham dari sebelumnya Rp 4.700 per saham.

 
PTBA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi