KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) masih melemah dalam sepekan terakhir. Namun, tanda-tanda saham CTRA membaik mulai terlihat, setelah sahamnya ditutup menguat 2,13% ke Rp 960 per saham pada Selasa (23/8). Namun, saham CTRA masih melemah 4% dalam sepekan terakhir. Padahal, emiten pengembang properti ini mencetak kinerja mumpuni sepanjang semester I-2022. Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menilai bahwa pertumbuhan kinerja keuangan dan pra-penjualan (marketing sales) CTRA di atas ekspektasi pasar. Dia juga memperkirakan kinerja CTRA masih mampu bergerak secara solid sampai akhir tahun nanti.
Menimbang hal tersebut, Benyamin memberikan rekomendasi beli untuk saham CTRA. Saham Ciputra dinilai masih menarik dikoleksi dengan target harga berada di level Rp 1.300. Adapun penurunan saham CTRA sejalan dengan kinerja pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tengah memerah, termasuk pada saham properti. Pelaku pasar juga mencermati berbagai sentimen negatif di sektor ini. Baca Juga: Kunjungan Meningkat, Ciputra Development (CTRA) Catat Tingkat Kunjungan Capai 80% "Ke depan (sektor properti) ada tantangan dari potensi kenaikan suku bunga dan berakhirnya insentif diskon PPN," kata Benyamin saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/8). Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melanjutkan, dari sisi harga saham, saat ini CTRA memang berpotensi koreksi dalam jangka pendek. Terlebih jika IHSG mengalami tekanan, yang membuat pelaku pasar memutuskan untuk mengurangi posisi portofolionya. "Tapi patut dicermati, jika pada laporan kuartal ketiga hasilnya masih baik, maka kemungkinan besar untuk saham CTRA kembali mengalami kenaikan," ungkap Ivan. Pada posisi saat ini, Ivan memandang saham CTRA menarik dikoleksi dengan strategi buy on weakness. Investor bisa mencermati area support pada Rp 885 dan resistance di Rp 1.015. Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei memperkirakan, pertumbuhan emiten properti di tahun ini cenderung stagnan, atau hanya tumbuh di level single digit. Hal ini juga terjadi lantaran efek dasar yang tinggi dari kinerja pada 2021 (high base effect) saat kinerja marketing sales melonjak dibandingkan 2020. Untuk CTRA, Jono menyoroti bahwa emiten ini punya keunggulan pendapatan berulang yang kuat dari segmen mall, hotel dari rumah sakit, yang ikut menjadi penopang pendapatan. Portofolio segmen real estate juga terdiversifikasi dari jenis produk dan lokasi yang tersebar di Indonesia.
CTRA Chart by TradingView