Simak Rekomendasi Saham CPO di Tengah Peluncuran Sejumlah Kebijakan Pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah meluncurkan sejumlah kebijakan yang terkait dengan komoditas kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Setidaknya ada tiga langkah pemerintah yang bisa membawa sentimen bagi emiten di sektor ini.

Pertama, penghapusan tarif pungutan ekspor CPO beserta produk turunannya. Meski, kebijakan ini hanya sementara yang berlaku hingga 31 Agustus 2022. 

Kedua, Kementerian Perdagangan berencana menghapus ketentuan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO). Syaratnya, pelaku industri minyak goreng bisa memastikan ketersediaan barang kebutuhan pokok itu dengan harga terjangkau.


Ketiga, setelah program campuran biodiesel 30% (B30), pemerintah akan meningkatkan bauran menjadi B35. Bahkan pada Rabu (27/7) ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan uji jalan penggunaan bahan bakar B40.

Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Kian Tinggi, Dunia Usaha Semakin Berat

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memandang berbagai upaya yang dilakukan pemerintah itu akan membawa angin segar bagi industri kelapa sawit. Terlebih, setelah sektor ini tertekan larangan ekspor pada 28 April 2022 hingga 22 Mei 2022.

Kebijakan pemerintah yang membebaskan pungutan ekspor serta akan menghapus DMO dan DPO diharapkan dapat segera mengatasi permasalahan yang terjadi. Begitu juga dengan program biodiesel pada B35 dan B40 untuk meningkatkan serapan di dalam negeri.

"Dengan begitu akan membuat permintaan domestik naik, sehingga diharapkan mengurangi exposure para produsen kelapa sawit dari harga CPO dunia," sebut Pandhu kepada Kontan.co.id, Rabu (27/7).

Baca Juga: Emiten Grup Salim INDF, ICBP, LSIP, SIMP Kompak Tebar Dividen, Mana yang Menarik?

Harga tandan buah segar (TBS) domestik pun berangsur pulih meski masih lambat. Semakin tinggi harga jual, akan positif bagi emiten kelapa sawit terutama bagi pangsa pasarnya domestik. Sedangkan untuk pengekspor, akan terbantu dari dihapusnya pungutan ekspor meski hanya sementara.

Financial Expert Ajaib Sekuritas M. Syahrizannas juga melihat prospek bisnis kelapa sawit masih positif menimbang fluktuasi harga CPO pada pasar komoditas yang diprediksi terus naik. Kebijakan pemerintah diproyeksikan dapat meningkatkan harga penjualan CPO di pasar komoditas di tengah terbatasnya suplai.

Alhasil, emiten-emiten sawit pun masih berpeluang mendulang keuntungan dari harga CPO global. Kemudian, implementasi program biodiesel yang terus meningkat juga bisa menjadi katalis positif bagi emiten CPO dalam jangka panjang. 

"Saat ini implementasi B40 membutuhkan beberapa penyesuaian karena masih dalam tahap pengembangan spesifikasi bahan bakar dan apakah mesin-mesin mobil dari pabrikan otomotif dapat menyesuaikan atau tidak," jelas Syahrizannas.

Baca Juga: Buah Tangan Jokowi di China, Komitmen Impor CPO Satu Juta Ton

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengamini, langkah pemerintah bisa menyegarkan prospek emiten sawit. "Karena bisa mempercepat ekspor dan menstabilkan harga CPO di tengah musim panen," ujar dia.

Namun, Cheryl memberikan catatan bahwa rencana penghapusan DMO dan DPO, serta program B40 masih perlu ditunggu bagaimana implementasinya. Sehingga, Cheryl menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dulu, sembari menanti rilis kinerja emiten periode semester pertama.

Saham yang menurut Cheryl bisa dikoleksi saat ini adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang membukukan lonjakan kinerja yang signifikan ditopang oleh usia tanaman produktif. Rekomendasi Cheryl, buy TAPG dengan target harga di Rp 750.

Baca Juga: Petani Sebut Harga TBS Sawit Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Sedangkan Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata melihat emiten pendatang baru PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) punya pergerakan uptrend yang sehat. Liza menyarankan untuk average up di atas Rp 1.280 dengan target harga pada Rp 1.350 atau Rp 1.500.

Pelaku pasar juga bisa mencermati saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Prediksi Liza, masih ada potensi untuk kembali rebound menuju target jangka pendek di Rp 2.100 - Rp 2.160. Jika kembali ke area Rp 2.000, maka bisa menjadi peluang untuk buy on weakness.

Sementara itu, Syahrizannas memberikan rekomendasi buy on weakness terhadap saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Selanjutnya, saham TAPG dan PT Salim Invomas Pratama Tbk (SIMP) masih menarik untuk dikoleksi.

Baca Juga: Pencabutan DMO Belum Dilakukan, Ini Penjelasan Kemendag

Adapun Pandhu memberikan outlook yang netral untuk sektor perkebunan CPO. Pandhu juga cenderung menyarankan wait and see terlebih dulu. Untuk trading jangka pendek, pelaku pasar bisa mencermati saham AALI dengan target harga di Rp 10.500 per saham.

Saham lain yang bisa dilirik adalah SIMP dengan target di Rp 500. Lalu ada PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) untuk target harga Rp 1.300 dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan target di Rp 580. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati