Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Sektor Energi yang Melejit di 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2024 tinggal menyisakan dua hari perdagangan lagi. Di sepanjang tahun ini, sektor energi bisa dipastikan menjadi jawara dengan kenaikan paling tinggi ketimbang performa 10 indeks sektoral lainnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hingga Jumat (27/12), secara year to date (ytd), sektor energi (IDX Energy) mengakumulasi kenaikan 26,53%. Jauh mengungguli indeks sektoral lain yang mayoritas ada di posisi minus. Termasuk dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 3,25%.

PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi top gainers dengan kenaikan harga saham paling tinggi di sektor energi. Harga saham PTRO meroket 439,05%, sementara DSSA terbang setinggi 361,25%.


Sejumlah saham di sektor energi juga berhasil mengakumulai kenaikan harga di atas 100%. Mereka adalah PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) dengan kenaikan 137,93%, PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) melaju 131,48%, PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) melonjak 115,28% dan PT Super Energy Tbk (SURE) yang melejit 113,64%.

Top gainers sektor energi lainnya ada PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) yang melompat 95%, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melonjak 88,65%, PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS) naik 85,42% dan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) yang menguat 81,03%.

Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG untuk Awal Pekan (30/12)

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menyoroti katalis dari harga komoditas menjadi faktor penting yang membuat sektor energi unggul dibandingkan sektor lain di tengah tekanan yang menyelimuti pasar saham. Meski beberapa kali sempat berfluktuasi kencang, tapi rata-rata harga komoditas energi cenderung stabil di tahun ini.

Ratih mencontohkan level harga batubara ICE Newcastle yang berada pada kisaran US$ 120 - US$ 130 per metrik ton serta harga crude oil WTI yang bergerak di rentang US$ 65 - US$ 75 per barel.

"Sektor energi juga merupakan sektor defensif di tengah depresiasi nilai tukar dan melemahnya ekonomi domestik," kata Ratih kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan sepakat faktor harga komoditas memegang peranan penting. Meski menurun dibandingkan dengan posisi puncak pada tahun 2022 dan 2023, tapi harga komoditas energi di tahun ini masih relatif berada di level yang tinggi.

Situasi ini membuat kinerja keuangan mayoritas emiten di sektor energi sesuai dengan ekspektasi pasar.

"Faktor harga yang masih tinggi membantu margin keuntungan emiten bertahan di level solid. Di sisi sentimen, rotasi sektor juga mendukung emiten energi menjadi safe haven di tengah tekanan sektor lain," ungkap Rizkia.

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy menambahkan, beberapa aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten di sektor energi juga menambah daya tarik bagi pelaku pasar. Abdul Haq menyoroti aksi pemecahan nilai nominal saham alias stock split oleh emiten konglomerasi, yakni DSSA dari Sinar Mas dan PTRO milik taipan Prajogo Pangestu.

Selain itu, ada GEMS yang rajin menebar dividen. Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah mengamini, dividen dengan nilai yang cukup tinggi masih menjadi pemanis bagi saham-saham di sektor energi. 

 

ADRO Chart by TradingView

Fath melirik beberapa emiten energi yang konsisten menebar dividen seperti PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

"Hal yang menarik, meskipun tidak memberikan return dalam kenaikan harga, tapi banyak (saham di sektor energi) yang memberikan kontribusi dalam bentuk dividen besar," ujar Fath.

Senada, Ratih menilai dividen dengan yield yang cukup jumbo tetap menjadi daya tarik yang membuat saham-saham di sektor energi layak dicermati pada tahun 2025. Hanya saja, Ratih mengingatkan agar pelaku pasar memperhatikan risiko dari dinamika permintaan dan harga komoditas global.

Apalagi setelah muncul sikap hawkish The Fed yang berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi global. "Risiko turunnya harga energi juga tetap ada. Pasalnya, The Fed di tahun 2025 lebih moderat untuk memangkas suku bunga," ungkap Ratih.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas memberikan catatan terhadap outlook pasar dan harga komoditas energi pada tahun 2025.  Pada komoditas batubara, Sukarno menyoroti produksi domestik dan produksi batubara China yang diperkirakan akan naik, serta kekhawatiran pelemahan ekonomi di China yang akan menekan permintaan.

Faktor tersebut menjadi tantangan bagi pergerakan harga batubara di tahun depan. Di sisi lain, skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) yang ditargetkan berlangsung pada tahun depan akan menjadi dorongan bagi emiten dengan porsi penjualan domestik tinggi seperti PTBA.

Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan, Sukarno menaksir harga batubara masih bisa berada di level yang cukup tinggi sekitar US$ 137 per ton.

Sedangkan Abdul Haq memprediksi harga batubara akan relatif stabil pada kisaran US$ 120 - US$ 130 per ton, setidaknya hingga kuartal pertama 2025.

Bergeser ke komoditas energi utama lainnya, pasokan minyak global yang melampaui permintaan kemungkinan akan berlanjut pada tahun depan. Abdul Haq pun memperkirakan rata-rata harga minyak mentah pada awal tahun 2025 akan berada di level US$ 73,81 per barel, sementara harga gas alam sekitar US$ 2,8 - US$ 3 per MMBtu.

Sementara itu, Rizkia memperkirakan kinerja sektor sektor energi pada tahun depan akan cenderung stabil atau naik secara moderat. Rizkia memproyeksikan harga minyak relatif stabil atau termoderasi di level US$ 65 - US$ 75 per barel.

Baca Juga: Asing Catat Net Buy Rp 759 Miliar di Akhir Pekan, Cek Saham yang Diborong

Sedangkan harga batubara berada di kisaran US$ 110 - US$ 145 per ton. Sebagai pilihan investasi, sejauh ini Rizkia menjagokan saham emiten batubara dengan merekomendasikan buy ITMG dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Target harga masing-masing di level Rp 29.875 dan Rp 11.500.

Abdul Haq lebih memilih saham emiten di bisnis minyak dan gas, dengan melirik RAJA dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Target harga masing-masing berada di posisi Rp 2.950 - Rp 3.100 dan Rp 1.640 - Rp 1.690. 

Sukarno merekomendasikan PTBA untuk target harga Rp 3.370, AADI (Rp 11.500), ITMG (Rp 31.000) serta PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) untuk target Rp 290. Sementara Ratih menyodorkan saham PTBA, AADI dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) untuk target harga Rp 2.720, Rp 8.700 dan Rp 1.200 per saham.

Selanjutnya: Intip Upaya Industri Percepat Sertifikasi Halal dan Sediakan Produk Berkualitas

Menarik Dibaca: Nikmati! Promo Blu BCA x CGV Nonton Bisa Dapat Cashback 20% lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari