KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham mengalami lonjakan kapitalisasi pasar seiring dengan kenaikan harga sahamnya. Salah satunya yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA) yang hari ini menembus level tertingginya sepanjang masa atau
all time high di level Rp 10.225 per saham. Emiten produsen bahan petrokimia ini memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 220,60 triliun. Padahal pada akhir 2021, kapitalisasi pasar TPIA hanya Rp 158,49 triliun. Selain TPIA, saham lain yang pergerakannya cukup moncer adalah PT Bayan Resources Tbk (
BYAN). Emiten tambang batubara ini masuk dalam emiten dengan kapitalisasi pasar (
market caps) terbesar.
Market caps saham BYAN saat ini terhitung senilai Rp 123,25 triliun. Jumlah ini naik dari kapitalisasi pasar BYAN di akhir tahun lalu sebesar Rp 90 triliun.
Baca Juga: IHSG Pecah Rekor, Begini Peta Emiten Berkapitalisasi Besar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, kenaikan kedua saham ini ada kaitannya dengan pemulihan ekonomi. Permintaan terhadap sektor komoditas masih terus meningkat seiring dengan berjalannya sektor manufaktur. “Sejauh ini, pemulihan ekonomi di tanah air masih berjalan dengan progresif, meskipun pemerintah menerapkan PPKM Level 3,” terang Nafan, Selasa (8/2). Di sisi lain, komitmen emiten untuk terus menjalankan aksi korporasi secara berkesinambungan akan menciptakan kepercayaan para pelaku investor. Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, kenaikan saham BYAN terdorong sentimen kinerja. Pendapatan BYAN naik signifikan seiring dengan kenaikan harga batubara global dan juga pemulihan tingkat produksi di tahun 2021, setidaknya hingga laporan kuartal ketiga 2021. Fundamental TPIA juga cukup apik. Dari laporan keuangan kuartal ketiga 2021, TPIA memang mencatatkan pendapatan yang meningkat, hampir menyamai pendapatan di 2018. TPIA berhasil mencatatkan laba bersih setelah terdampak pandemi di 2020.
Baca Juga: ÌHSG Melemah 0,23% pada Selasa (8/2), Net Buy Asing Mencapai Rp 1,56 Triliun Kebutuhan masker bedah dan baju pelindung diri yang meningkat juga menjadi keuntungan bagi TPIA yang memasok bahan baku kain non woven PP. “Di samping itu juga rencana ekspansi dengan memanfaatkan dana hasil
rights issue di tahun lalu tentu akan menjadi sentimen positif ke depannya,” terang Ivan, Selasa (8/2). Di sisi lain, saham emiten perbankan masih mendominasi jajaran
big caps dengan kapitalisasi pasar di atas 100 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) masih menjadi jawara, dengan kapitalisasi pasar hingga Rp 952,30 triliun. Di posisi kedua ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) dengan kapitalisasi pasar Rp 672,92 triliun. Kepala riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, terdapat sejumlah faktor yang bisa mendorong kinerja perbankan, sehingga bisa berdampak positif terhadap harga sahamnya. Salah satunya yakni kemungkinan beban provisi yang tidak separah seperti yang diperkirakan, sehingga profitabilitas dapat dipertahankan, bahkan berpotensi lebih tinggi.
Baca Juga: ÌHSG Turun Dari Rekor Tertinggi, Saham 4 Bank Besar Dikoleksi Asing pada Selasa (8/2) Di sisi lain, kemungkinan besar kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) berpotensi menghambat pertumbuhan penyaluran kredit apabila diterapkan dengan serta-merta kepada para debitur. “Sementara pemulihan restrukturisasi dampak pandemi masih berjalan,” terang Robertus.
Henan Putihrai Sekuritas menyematkan rating
overweight sektor perbankan, dengan saham pilihan (
top pick) yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) dengan target harga Rp 8.700. Sementara Ivan menilai, saham BYAN dan TPIA masih dalam tren naik yang relatif kuat, dengan target BYAN diproyeksikan mencapai Rp 43.400 secara teknikal. Sementara TPIA dengan target harga Rp 11.000 dengan rekomendasi hold untuk saat ini.
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Masukkan ARNA, SMDR, dan MEDC Dalam Daftar Top Picks Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati