Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara yang Mulai Bangkit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten batubara berpotensi kembali membara menjelang akhir tahun 2024. Sejumlah saham batubara pun mulai menghangat dengan kenaikan di atas 1% pada akhir pekan ini, Jumat (22/11).

Contohnya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Saham batubara lain juga mengalami kenaikan, seperti PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Indika Energy Tbk (INDY).


Meski merosot pada akhir pekan ini, tapi PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menunjukkan laju penguatan sebesar 10,32% dalam sebulan terakhir. Saham batubara dengan kapitalisasi pasar terbesar ini berbalik naik setelah sebelumnya sempat tertinggal (laggard).

Selain itu, ada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang telah menanjak dengan kenaikan 57,14% dalam tiga bulan terakhir. Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly memprediksi saham-saham batubara punya prospek yang cukup menarik, didukung oleh potensi kenaikan permintaan musim dingin di akhir tahun.

Konsumsi di negara-negara pengguna utama seperti China dan India pun menunjukkan kenaikan. Rizal lantas memperkirakan harga batubara akan tetap stabil di kisaran level US$ 140 per ton hingga tutup tahun 2024.

Baca Juga: Harga Emas Menuju Kenaikan Mingguan Tertinggi Dalam Lebih dari Setahun Terakhir

"Peralihan energi global masih menyisakan ruang signifikan bagi penggunaan batubara sebagai sumber energi utama. Harga batubara yang stabil tinggi memberikan peluang untuk mulai koleksi saham, terutama menjelang musim dingin," ujar Rizal saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/11).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, permintaan batubara biasanya meningkat pada akhir tahun. Nico juga memproyeksikan permintaan dari sejumlah negara Asia akan meningkat, seperti dari Thailand, Filipina, Vietnam dan Jepang.

Proyeksi kenaikan permintaan tersebut dibayangi dengan tensi geopolitik yang berpotensi memengaruhi pasokan batubara. Situasi ini bisa membuat harga komoditas batubara global akan stabil, bahkan berpotensi menanjak.

Nico menaksir di akhir tahun ini harga batubara akan bergerak pada rentang US$ 140 - US$ 145, dengan titik tertinggi pada level US$ 148 per ton.

"Hal yang perlu di waspadai adalah berkurangnya permintaan dari China maupun Eropa yang membuat harga terlihat sulit untuk menguat di atas US$ 150. Faktor X lainnya tentu dari situasi geopolitik ke depannya," ungkap Nico.

Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menambahkan, harga batubara global yang masih bertahan di atas level US$ 140 per ton akan menjadi katalis positif bagi kinerja emiten batubara. Dengan harga yang cenderung stabil dan potensi kenaikan permintaan di akhir tahun, Emil menekankan emiten yang fokus pada efisiensi produksi dan diversifikasi pasar ekspor akan lebih diuntungkan.

"Secara historis, akhir tahun adalah periode permintaan batubara meningkat, baik untuk kebutuhan energi di negara-negara beriklim dingin maupun ekspansi stok untuk awal tahun berikutnya," imbuh Emil.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Emil melihat saat ini menjadi momentum yang cukup tepat untuk mulai melirik kembali saham-saham emiten batubara. Sebagai pilihan jangka pendek, Emil menilai saham yang sedang rebound seperti BYAN dan UNTR bisa menjadi pilihan dengan target harga masing-masing di Rp 20.250 dan Rp 28.150.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,48% Sepekan Hingga Jumat (22/11), Saham Perbankan Mulai Menanjak

Sedangkan untuk pilihan jangka panjang, Emil menyarankan saham ADRO dan ITMG untuk target harga Rp 3.955 dan Rp 28.775. Nico menjagokan saham PTBA, ADRO dan ITMG. Sedangkan Rizal melirik saham ITMG dan PTBA.

"Gunakan strategi buy-on-dip saat harga terkoreksi untuk mengantisipasi sentimen positif akhir tahun. Jaga posisi trading dalam jangka pendek untuk memanfaatkan volatilitas pasar," saran Rizal.

 

ADRO Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari