KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas saham emiten besi dan baja belum mampu menorehkan kinerja yang mengesankan pada awal tahun 2023. Meski begitu, emiten besi dan baja punya prospek bisnis kuat di tengah sejumlah katalis positif yang melingkupinya. Financial Expert Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani, melihat potensi pertumbuhan kinerja bisnis besi dan baja pada tahun ini. Permintaan produk besi dan baja berpeluang naik seperti yang diproyeksikan oleh Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), yang memperkirakan pertumbuhan hingga 6% menjadi 17,3 juta ton. Chisty membeberkan sejumlah katalis positif bagi emiten besi dan baja. Pertama, bergulirnya proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang diproyeksikan membutuhkan baja sebesar 9,3 juta metrik ton pada tahap I dan II. Kedua, pembangunan infrastruktur lainnya dari pemerintah maupun swasta, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, hingga sektor energi.
Rekomendasi Saham
Sejurus dengan pandangan di atas, Cheril melihat pergerakan saham emiten besi dan baja masih belum menarik. Dengan mayoritas saham yang masih dalam strong bearish, Cheril menyarankan untuk wait and see terlebih dulu. "Sambil menunggu perkembangan IKN dan tahun politik, lebih baik fokus terlebih dulu ke saham-saham yang lagi trending," ungkap Cheril. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova turut memandang mayoritas saham masih berada di tren pelemahan harga. Kejelasan terhadap proyek IKN bakal menjadi angin segar yang bisa segera mengakhiri tren tersebut. Baca Juga: Produsen Mobil Top Dunia Bakal Berinvestasi di Indonesia, Cermati Saham-Saham Ini Ada tiga saham yang menurut Ivan menarik dicermati, yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP). "Namun tetap lebih baik jika telah mengakhiri downtrend-nya. Untuk saat ini belum rekomendasi, masih ditunggu saja," sebut Ivan. Sedangkan emiten terkait besi dan baja yang dalam beberapa hari menguat yakni PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) dan PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH), menurut Ivan lebih bersifat spekulatif. Volatilitas jangka pendek bisa saja sebagai momentum trading, tapi mesti cermat dan hati-hati untuk membatasi risiko. Sementara itu, Rio menjagokan saham KRAS, ISSP dan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST). Ketiga saham ini masih memiliki Price Earning Ratio (PER) yang relatif rendah dibandingkan sektor basic materials. Masing-masing memiliki PER 3,59x, 4,42x dan 4,92x dibandingkan PER sektoral di 10,88x. Hanya saja, secara teknikal, rekomendasi untuk KRAS masih wait and see mencermati support Rp 294 dan resistance Rp 302. Saran untuk ISSP adalah hold atau speculative buy dengan target Rp 250 - Rp 254 dan stoploss jika merosot di bawah Rp 230. Rio juga menyematkan rekomendasi speculative buy untuk GDST dengan entry level di sekitar area Rp 143. Target berada di Rp 174 - Rp 187. Stoploss jika merosot melebihi level Rp 134.KRAS Chart by TradingView