KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang Ramadan biasanya terjadi peningkatan minyak goreng dibandingkan permintaan di bulan-bulan lainnya. Tahun lalu saja, di periode Ramadan hingga Lebaran, pemerintah melakukan kebijakan domestic stock obligation (DMO) minyak goreng sebanyak 450.000 ton. Padahal di bulan-bulan lainnya hanya 300.000 ton. Research Associate Panin Sekuritas Sarkia Adelia Lukman melihat sektor sawit saat ini masih terlihat flat karena pada tahun lalu telah terjadi penurunan harga sawit global, selain itu permintaan juga tidak memadai dengan produksi CPO yang ada.
"Memang secara historikal terjadi kenaikan target DMO di bulan Ramadan, hanya saja perlu diketahui dari sisi demand tidak pernah mencapai target tersebut," kata Sarkia kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3).
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Emiten CPO Jelang Ramadan Sehingga target tersebut terlalu tinggi dan belum sesuai realita. Sarkia melihat permintaan minyak goreng ini akan sedikit meningkat namun tidak akan mencapai target. Dari sisi harga saham, secara historikal memang naik saat bulan Ramadan dan jelang hari Idul Fitri, namun tidak terlalu signifikan, pasalnya kondisi industri sawit juga masih tertekan. "Secara fundamental akan berpengaruh ke top-line perusahaan namun tidak begitu signifikan seperti penjualan ekspor," tuturnya. Asal tahu saja, kebijakan penyaluran DMO dibagi rata pada pengusaha sawit, di mana perusahaan sawit diperkenankan untuk melakukan ekspor dengan volume enam kali lipat dari jumlah yang telah dipasok untuk pasar domestik atau dengan rasio 1:6.
Meski begitu ia melihat dampaknya minor terhadap emiten sawit. Sarkia merekomendasikan hold pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI) dengan target harga Rp 7.800 per saham dan hold saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (
LSIP) dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari