KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emas masih berkilau dengan tingkat harga komoditas global yang sudah menembus rekor US$ 2.600 per ons troi. Harga emas spot ini pun capai di rekor tertinggi setelah ditutup di level US$ 2.657,1 per ons troi pada Selasa (24/9). Sejalan, harga emas Antam Logam Mulia pun tetap stabil bertengger di posisi Rp 1,4 juta per gram. Posisi harga tinggi tersebut berpotensi memoles kinerja dan saham emiten emas. Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa menilai tren kenaikan harga emas yang menembus level tertinggi baru (
all time high) di level US$ 2.600 per ons troi tak lepas dari efek pemangkasan suku bunga acuan The Fed. Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu telah menurunkan suku bunga sebesar 50 basis points (bps).
Pelonggaran kebijakan moneter tersebut membuat mata uang dolar AS melemah, sehingga pelaku pasar cenderung mengalihkan aset pada instrumen yang lebih menguntungkan. Salah satunya ke aset emas sebagai
safe haven. "Selain itu, kenaikan harga emas juga didorong oleh memanasnya ketegangan di Timur Tengah, sehingga menjadikan emas sebagai pilihan bagi investor untuk mengamankan asetnya di kondisi saat ini," kata Heru kepada Kontan.co.id, Selasa (24/9). Baca Juga:
IHSG Bergerak Tipis, Catat Rekomendasi Saham Untuk Rabu (25/9) Heru memperkirakan harga emas berpotensi mengalami koreksi jangka pendek ke level US$ 2.600 per ons troi. Namun, setelah itu masih terbuka untuk melanjutkan penguatan hingga ke posisi US$ 2.650 per ons troi. Posisi harga emas tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan emiten emas pada kuartal III-2024 maupun kuartal IV-2024. Dengan catatan, para emiten dapat menjaga atau bahkan meningkatkan volume penjualan mereka. "Peningkatan volume penjualan yang diiringi dengan kenaikan harga emas dapat berpotensi meningkatkan profitabilitas emiten emas. Kondisi tersebut juga akan berdampak positif terhadap apresiasi pasar pada harga saham emiten emas," imbuh Heru. Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengamini, kenaikan harga emas bakal berdampak positif untuk mendongkrak harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) produsen emas. Meski ASP naik, namun ada sejumlah faktor lain yang perlu diperhatikan seperti volume produksi, volume penjualan serta biaya produksi. "Jika terjadi penurunan pada volume produksi atau penjualan maupun peningkatan biaya produksi yang melebihi kenaikan ASP, tentu hal ini berpotensi menjadi hambatan bagi kinerja emiten dan harga sahamnya," terang Gani. Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menyoroti sejumlah emiten yang punya eksposur kuat terhadap komoditas emas, seperti PT Antam Tbk (
ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (
PSAB) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) berpotensi mendapat manfaat dari peningkatan margin laba. Dus, emiten tersebut berpeluang mendongkrak kinerja di sisa tahun ini. "Secara keseluruhan, saham emiten emas masih memiliki prospek cerah terutama dengan harga emas yang tinggi dan perkembangan hilirisasi di Indonesia, tetapi pergerakan jangka pendek bisa berfluktuasi," sebut Emil. Adapun, dari dalam negeri ada dua smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam mulia yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Smelter dan fasilitas tersebut dimiliki oleh PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN).
Baca Juga: Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Positif, Cek Rekomendasi Analis Emil melihat dua smelter dan fasilitas tersebut berpotensi meningkatkan efisiensi produksi dan rantai pasok tembaga serta logam mulia di dalam negeri. "Ini bisa mendorong kapasitas produksi dan menambah nilai pada proses hilirisasi," imbuh Emil. Hanya saja, Gani menimpali bahwa pengoperasian dua smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam mulia tersebut lebih memberikan katalis positif bagi perusahaan pemilik. "Sementara emiten emas lain belum tentu mendapat keuntungan jika tidak terdapat perjanjian," ungkap Gani. Sebagai pilihan investasi atau pertimbangan trading, di antara saham emiten emas, Heru menyarankan
buy on support saham AMMN di area Rp 10.000 - Rp 10.100 untuk target harga Rp 10.900 - Rp 11.000. Lalu,
buy on support MDKA pada area Rp 2.260 dengan target harga Rp 2.460 - Rp 2.480. Heru kemudian menyarankan
trading buy saham ANTM (target Rp 1.480 - Rp 1.500) dan PSAB (target Rp 294 - Rp 304). Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan
trading buy PSAB untuk target harga Rp 280 - Rp 292.
Rekomendasi berikutnya adalah
speculative buy MDKA (target Rp 2.350 - Rp 2.440), PT Hartadinata Abadi Tbk (
HRTA) untuk target Rp 404 - Rp 412, dan PT Archi Indonesia Tbk (
ARCI) dengan target harga Rp 300 - Rp 306. Kemudian cermati peluang
buy on weakness ANTM untuk target harga Rp 1.440 - Rp 1.480 per saham. Herditya juga merekomendasikan AMMN dengan strategi
speculative buy untuk target harga Rp 10.525 - Rp 10.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari