KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas harga saham perusahaan
holding yang menjadi induk sejumlah emiten masih bergerak landai. Beberapa di antaranya berpotensi bangkit dan kembali layak dicermati. Pada sesi I perdagangan Kamis (8/8), tiga saham emiten
holding kompak menanjak. Diantaranya PT Astra International Tbk (
ASII) menguat 1,73% ke harga Rp 4.710, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) naik 1,02% ke level Rp 398, dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (
SRTG) menanjak 0,58% ke posisi Rp 1.725 per saham. Namun jika diukur secara
year to date, hanya SRTG yang mampu mengakumulasi kenaikan harga saham sebanyak 5,18%. Sedangkan ASII mengakumulasi pelemahan 16,64% dan EMTK anjlok 32,54% sejak awal tahun 2024.
Pergerakan serupa juga dialami oleh induk Grup Barito milik taipan Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) yang melemah 22,06% secara
year to date. Pada sesi I hari ini, harga BRPT merosot 0,96% ke posisi Rp 1.035 per saham.
Baca Juga: Hingga Semester I-2024, Astra International (ASII) Serap Capex Rp 12,3 Triliun Sementara secara kinerja, pada semester I-2024 emiten
holding membukukan kinerja keuangan yang beragam. Contohnya BRPT yang meraup pendapatan US$ 1,15 miliar atau turun 16,05% secara tahunan atau
Year on Year (YoY), namun laba bersih BRPT mampu menanjak 13,60% menjadi US$ 34,49 juta. Beda cerita dengan ASII yang mengalami penurunan
top line maupun
bottom line. Pendapatan ASII melandai 1,49% (YoY) menjadi Rp 159,96 triliun, sementara laba bersihnya turun 9,11% ke posisi Rp 15,85 triliun. Berkebalikan dengan induk Grup Emtek, EMTK yang berhasil menumbuhkan kinerja pada separuh tahun ini. Pendapatan EMTK naik 24,47% menjadi Rp 5,34 triliun. Emiten yang juga dimiliki oleh Anthoni Salim ini membalikkan kerugian Rp 444,18 miliar menjadi laba bersih sebesar Rp 150,35 miliar. Kemudian ada SRTG yang juga memperbaiki kinerja dengan memangkas kerugian 96,34% menjadi Rp 446,39 miliar.
Baca Juga: Genjot Kinerja, Grup Barito Andalkan Ekspansi Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengamati kinerja keuangan maupun pergerakan saham emiten
holding terkait dengan sentimen sektoral dan performa bisnis inti dari perusahaan induk tersebut. Seperti ASII yang menghadapi tantangan di tengah semakin ketatnya kompetisi pada industri otomotif. Contoh berikutnya ada saham EMTK yang masih landai meski mampu memperbaiki kinerja keuangan. Arjun menduga hal ini karena sentimen negatif yang masih menyelimuti saham di sektor teknologi.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menambahkan, meski mayoritas bisa menumbuhkan laba bersih, tapi secara umum kinerja emiten
holding belum sesuai ekspektasi. Di samping strategi bisnis sebagai perusahaan induk, performa emiten
holding ikut ditentukan oleh katalis dari sisi makro ekonomi. Di tengah dinamika ekonomi dan sentimen global saat ini, Sukarno menaksir kinerja emiten
holding masih menghadapi sejumlah tantangan di sisa tahun 2024. Sedangkan Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah melihat beberapa emiten holding punya peluang untuk memperbaiki kinerja. Ia melirik ASII, yang penjualan mobilnya berpotensi tumbuh usai momentum Gaikindo Indoensia International Auto Show (GIIAS). Kemudian, ada peluang tambahan kontribusi dari segmen komoditas emas anak usahanya, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR). "Penjualan model
hybrid bagus di GIIAS, jadi seharusnya masa-masa terpuruknya sudah lewat. Lalu UNTR dari sisi komoditas emas bagus," ujar Fath kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8).
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Catat Penjualan Emas Capai 110.000 Ons di Semester I-2024 Kemudian ada EMTK yang berpotensi melanjutkan pertumbuhan kinerja dengan dorongan dari konsolidasi anak-anak perusahaan. "Grup ini bisa dibilang tidak terlalu mendapat perhatian besar, tapi berpotensi bergerak positif di semester kedua," imbuh Fath. Sementara itu, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto menyoroti minat pelaku pasar yang beragam terhadap emiten
holding. Pergerakan saham anak usahanya bahkan seringkali lebih unggul ketimbang induknya. Alasannya karena aksi korporasi dan sentimen sektoral lebih sensitif memapar pada saham anak usaha emiten
holding tersebut. "Hampir selalu begitu, (saham) anak usaha lebih diminati pelaku pasar," kata William. Di sisi lain, perbaikan kinerja emiten tetap bisa menjadi sentimen pendongkrak harga sahamnya, seperti pada SRTG. Di antara emiten
holding, William pun menyematkan rekomendasi beli untuk saham SRTG dan BRPT.
Baca Juga: Rugi Saratoga (SRTG) Susut 96,34% di Semester I 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya Saham
SRTG sedang dalam posisi
uptrend dengan
support di area Rp 1.645 dan
resistance pada Rp 1.800. Sementara
support saham
BRPT berada di level Rp 960 dan
resistance pada Rp 1.200.
Sedangkan Sukarno menilai ASII masih menarik dikoleksi, apalagi penurunan yang sudah cukup signifikan membuat valuasinya menjadi lebih murah. Saran Sukarno,
trading buy ASII dengan target harga Rp 4.740 - Rp 4.830 atau Rp 5.075 sebagai target jangka menengah. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo turut memberi rekomendasi
buy saham
ASII dengan
support Rp 4.450 dan
resistance di Rp 4.830. Kemudian
speculative buy BRPT dengan
support Rp 950 dan
resistance di Rp 1.130. Saham
SRTG juga layak dibeli dengan
support di Rp 1.500 dan
resistance pada level Rp 1.805. Kemudian William menyarankan
wait and see saham
EMTK yang memiliki
support di Rp 350 dan
resistance pada Rp 416 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih