KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perkebunan sawit masih dipenuhi sejumlah sentimen, salah satunya yakni kebijakan pemerintah yang menaikkan porsi
domestic market obligation (DMO) minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) dari semula 20% menjadi 30%. Regulasi ini ditetapkan pada Rabu (9/3) dan berlaku mulai Kamis (10/3). Kebijakan ini dilakukan guna mempercepat kestabilan harga minyak goreng di dalam negeri yang saat ini belum menyentuh harga eceran tertinggi (HET). Analis BRIDanareksa Sekuritas Andreas Kenny menilai, kebijakan ini bisa menyebabkan harga minyak sawit mentah internasional naik. Sebab, proses dan arus ekspor menjadi lebih lambat sehingga membuat pasokan CPO di pasar menjadi berkurang.
Dia mengatakan, kebijakan ini sebenarnya akan berpengaruh negatif terhadap emiten yang punya porsi penjualan ekspor, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Kebijakan ini berdampak ke net basis atau laba bersih. Tetapi harga CPO internasional yang sudah tinggi akan membantu AALI.
Baca Juga: Trafik Mulai Pulih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR) dari Analis Berikut Dus, Andreas menilai, kenaikan porsi DMO ini akan berdampak positif ke saham AALI. “Iya (berdampak bagus), tetapi melalui volume ekspor yang berkurang dan harga CPO naik,” terang Andreas, Kamis (10/3). Dengan memperhitungkan harga CPO yang lebih tinggi sebesar MYR 5,000 per ton di 2022 dari (sebelumnya: MYR 3.800 per ton), asumsi ini mengarah ke harga efektif Rp 13.957 per kg atau naik 23,3% secara
year-on-year (yoy). Andreas mengatakan, produksi inti AALI diperkirakan akan naik sebesar 3% yoy, ditambah dengan lebih banyaknya pembelian tandan buah segar (TBS) membuat pertumbuhan produksi diperkirakan mencapai 5% yoy. Volume penjualan CPO diperkirakan sebesar 1,5 juta ton untuk 2022. Hasilnya, tahun ini AALI diperkirakan membukukan laba bersih Rp3,4 triliun, melesat 70,2% dari proyeksi laba sebelumnya yakni Rp 1,99 triliun. BRI Danareksa Sekuritas juga menaikkan asumsi harga CPO tahun 2023 sebesar MYR 4.500 per ton (dari sebelumnya MYR 3.600). Sehingga, Andreas menaikkan proyeksi laba AALI tahun depan sebesar 21% menjadi Rp 2,8 triliun dari sebelumnya Rp 2,35 triliun.
Baca Juga: Simak Prediksi Sejumlah Analis untuk Saham Bank-Bank Besar Konflik Rusia berdampak ke harga CPO
Dalam laporannya tertanggal 28 Februari 2022, analis CGS CIMB Sekuritas Ivy NG Lee Fang dan Nagulan Ravi mengatakan, konflik yang sedang terjadi antara Ukraina dengan Rusia telah menyebabkan penutupan beberapa pabrik dan pelabuhan penghancur biji bunga matahari di Ukraina. Hal ini mengganggu produksi dan ekspor minyak bunga matahari yang merupakan substitusi dari CPO. Ukraina sendiri merupakan produsen dan pengekspor minyak biji bunga matahari terbesar di dunia dengan pangsa pasar 47% terhadap ekspor global. Sementara itu, Rusia menguasai pangsa pasar sebesar 29,9% dari ekspor global. Dus, kedua negara tersebut menyumbang sekitar 60% dari produksi minyak biji bunga matahari global pada 2020-2021. Ini merupakan gangguan signifikan terhadap arus perdagangan minyak nabati global. Minyak biji bunga matahari merupakan minyak nabati ketiga yang paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak sawit dan kedelai (
soybean oil).
Editor: Tendi Mahadi