KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim pembagian dividen interim telah tiba. Kali ini pembagian manisan bagi investor saham datang dari emiten dengan kapitalisasi pasar kecil hingga menengah. Dalam catatan Kontan per Rabu (8/11), setidaknya ada 10 emiten yang akan membagikan dividen interim. Teranyar, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN) yang mengumumkan aksi korporasi itu. Emiten unggas ini memberikan dividen interim sebesar Rp 1,63 triliun. Nantinya, setiap pemegang saham CPIN akan memperoleh Rp 100 setiap sahamnya.
Meski nilainya jumbo, secara hitungan-hitungan
dividend yield masih relatif kecil. Mengacu harga perdagangan Rabu (8/11) di Rp 5.675 per saham,
dividend yield CPIN di kisaran 1,76%. Mayoritas para emiten pembagi dividen interim itu menawarkan
dividend yield di bawah 2%. Untuk saat ini,
dividend yield terendah ada di PT Trisula International Tbk (
TRIS).
Baca Juga: Ini Alasan Trimegah Sekuritas Pangkas Target Harga Saham Semen Indonesia (SMGR) TRIS berencana untuk membagikan dividen interim sebesar Rp 2,76 per saham atau Rp 8,6 miliar. Adapun estimasi
dividend yield TRIS mencapai 1,21%. Kendati begitu, Direktur Utama Trisula International Widjaya Djohan menyampaikan pembagian dividen ini mengacu pada capaian kinerja Grup Trisula per kuartal III-2023. "Untuk itu kami berencana membagikan dividen sebesar Rp 2,76 per saham kepada pemegang saham dan akan dibayarkan pada 1 Desember 2023," jelas dia, Rabu (8/11). Di sisi lain,
dividend yield terbesar masih ada di PT Trans Power Marine Tbk (
TPAM). Dengan harga penutupan Rabu (8/11) di Rp 30 per saham,
dividend yield TPAM mencapai 4,44%. Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas menilai
dividend yield di kisaran 2,5% sebenarnya masih relatif menarik dan dapat dicermati investor. Semakin tinggi
dividend yield yang diberikan, umumnya akan semakin menggiurkan bagi dividen
hunter. Nafan menyebut hal itu yang akan mendorong harga saham naik.
Namun jika dicermati, mayoritas emiten yang membagikan dividen pada periode ini berasal dari golongan small cap hingga mid cap. Ini akan mempengaruhi risiko investor. "Kalau
dividend yield bisa lebih dari 2,5% ada potensi sahamnya untuk menguat. Di saat itu lah, para scalper dan trader masuk untuk berspekulasi," jelas Nafan saat dihubungi Kontan, Rabu (8/11). Namun secara teoritis, Nafan menilai pembagian dividen interim TPMA masih mencari untuk dicermati. Pertimbangan utamanya karena TPMA menawarkan
dividend yield yang tinggi. "Secara teknikal pergerakan harga saham TPMA saat ini sudah tergolong
sideways karena indikator RSI sudah menunjukkan
bearish divergence," katanya. Untuk jangka pendek Nafan merekomendasikan
hold TPMA dengan target harga di Rp 765. Untuk CPIN, dia merekomendasikan akumulasi dengan target di Rp 5.800. Nafan juga merekomendasikan
hold TRIS dan EAST dengan masing-masing target harga di Rp 131. Kemudian dia juga menyarankan
hold PPGL dengan target di Rp 109.
Baca Juga: Laba Bersih Indo Tambang (ITMG) Turun 54,6% Hingga Kuartal III-2023, Ini Penyebabnya Masih dalam jangka pendek, Nafan merekomendasikan
hold pada saham MLBI, BUDI, DVLA dan TSPC dengan masing-masing target harga di Rp 7.850, Rp 232, Rp 1.600 dan Rp 1.910. Secara terpisah, Equity Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menyarankan bagi investor yang berorientasi pada jangka panjang, membeli atau menambah porsi bisa menjadi pilihan. "Investor bisa dapat fokus pada saham dengan
dividend yield besar. Untuk mempermudah dapat melirik penghuni indeks IDX High Dividend 20," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari